Minggu pagi itu, ibu-ibu rempong lagi bejubel di depan rumah bu RT menanti penjual sayur keliling. Â
Rumah Bu RT memang dijadikan pangkalan para penjual sayur keliling. Tiap penjual sayur selalu berhenti di sana untuk menunggu pelanggan.
Bu Minah seorang perempuan paruh baya terkaya di desa itu. Â Dia selalu membuat orang keki dengan mulutnya. Â Bicaranya nggak pernah di kontrol, nyeplos seenaknya sendiri. Â
"Bu Darmo mau beli apa? ", tanya bu Minah pada bu Darmo, Â istrinya Pak Darmo.Â
Pak Darmo dan Bu Darmo adalah pasangan miskin. Â Mereka menikah saat usia mereka tidak muda lagi, Â sampai sekarang mereka juga belum punya anak. Â
"Beli sayur kangkung, Bu ", jawab Bu Darmo. Â
"Tiap hari kangkung terus apa nggak bosen tuh, Â Pak Darmo ?" Bu Minah melengos sinis.Â
"Tapi kalo mau beli ikan mana punya uang? Â orang susah gitu pasti nggak mampu beli ikan ", lanjut perempuan paruh baya itu. Â
Bu Darmo hanya diam. Hal itu malah memancing Bu Minah untuk mengejeknya.Â
"Berapa lama kalian nikah, kok belum punya anak sih? ", tanya Bu Minah lagi. Â
"Dua tahun, Bu. Ya namanya blom rejeki Bu, mana bisa dipaksa ", sahut Bu Darmo.Â