Nyengkuyung, merupakan salah satu film pendek yang bercera tentang (Pak Suratno) seorang pensiun yang baru saja melepaskan masa jabatannya sebagai ketua RT di desanya. Selepas masa jabatannya tesebut beliau jadi lebih sering belajar mengenai fitur yang ada di smartphone miliknya. Â
Film pendek nyengkuyung disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo dan diproduseri Elene Rosmeisara. Film yang berdurasi 27.30 menit dan rilis pada tanggal 16 maret 2021 dapat di tonton di saluran Youtube Dan Netflix. Â Sebelum film ini pak Wahyu juga pernah sukses memproduksi Film pendek yang berjudul "tilik".
Film nyengkuyung diperankan oleh pritt timothy, aryudha fasha, kukuh prasetya, yusac dika, ibnu gundul, like suyanto, hargi sundari. Â
Nyengkuyung menyuguhkan cerita dari pemeran utama (pak suratno) seorang pensiunan yang mengisi kehidupan sehari-harinya dengan belajar menggunakan media sosial dan fitur di ponsel milik nya. Tak jarang ia sering kali meminta bantuan kepada istrinya karena kekurang pahamannya. pak suratno termasuk orang yang baik, tapi juga kurang bergaul dengan masyarakat sekitar. suatu ketika ia memiliki ide bagus untuk desanya, dan pak suratno mencari kunci sanggar yang di pegang oleh ketua RT barunya karena ingin menggunakan tempat sanggar untuk idenya. Namun saat ingin menjalankan ide tersebut, terjadi kejadian mistis seperti dupa di sanggar. Dia bertanya kepada orang sekitar mengenai kemistisan itu, dan mencoba menghubungi pak hari (ketua RT), namun tidak ada respon. Dan ia memastikan hal itu sendiri. Sesampainya disanggar, ia mendengar sanggar tersebut seperti sedang digunakan oleh seseorang. Dia menggedor-gedor pintu, setelah dibuka ternyata di dalam sanggar tersebut ada pak hari. Kemudian pak suratno marah dan menganggap tempat tersebut digunakan untuk hal negative. Ternyata setelah diperjelas oleh pak hari, ia ingin menggelar sanggar karawitan di desa.
pak suratno pun memahami kejadian itu dan ternyata sama dengan ide yang dia ingin jalankan.
Nyengkuyung (saling membantu) atau saling bergotong royong.
Secara keseluruhan film ini memberikan analisis kehidupan yang kerap terjadi dikehidupan bermasyarakat pada umunnya. Seperti, kesalahfahaman dan saling curiga. Selain itu ada juga kejadian yang menarik dimana orang tua belajar mengikuti perkembangan zaman di era modern ini. Sisi lain film ini ialah penduduk desa saling bergotong royong membangun desa dengan kegiatan positif yang akan di siarkan melalui media sosial. Plot cerita ini menyoroti adegan tokoh dengan latar desa asli. Yang kesannya jadi lebih natural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H