Indonesia adalah negara yang kaya akan suku, budaya, dan adat istiadat. Dari Sabang sampai Merauke dari Miagas sampai pulau Rote terdapat beribu-ribu adat/etnis yang berbeda-beda. Inilah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Indonesia juga dikenal dengan bangsanya yang religius. Terdapat enam agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan yang paling terakhir ada Khonghucu. Walaupun terdapat banyak perbedaan, bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan yang berbunyi "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya "Meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua". Bangsa Indonesia menemukan makna keindonesiaannya di dalam berelasi, berinteraksi, dan beraktivitas, yang menjadi salah satu hakikat atau karakter khas bangsa indonesia.
menurut Koentjaraningrat, budaya mempunyai tiga wujud. Wujud pertama dari budaya adalah ide, gagasan, nilai, atau norma yang dihidupi di tengah konteks masyarakat. Wujud kedua adalah berbagai aktivitas atau pola tindakan manusia di tengah masyarakat. Yang ketiga adalah benda-benda bernilai yang dihasilkan oleh aktivitas manusia atau disebut juga artifact. Koentjaraningrat menambahkan penjelasannya bahwa budaya juga memuat tujuh unsur penting, yakni bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan. Baginya, ketujuh unsur kebudayaan ini bersifat universal karena ditemukan di setiap masyarakat. Hal-hal yang disebutkan oleh Koentjaraningrat diperkuat oleh Battista Mondin. menurut Mondin, budaya merupakan kesatuan dari empat pilar penting, yakni nilai-nilai, bahasa, adat-istiadat atau tradisi, dan teknik pengungkapan dalam perilaku manusia. Pemikiran Koentjaraningrat dan Battista Mondin memperjelas dan membantu penegasan secara rinci apa yang dimaksud dengan keragaman sebagai nilai yang menunjukkan identitas dan jiwa budaya bangsa Indonesia.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama, etnis, suku, dan kearifan lokal sangat bergantung pada pendidikan yang berperan penting dalam melestarikan keragaman, memelihara kesatuan, dan menjaga keharmonisan, serta mengembangkan kualitas masyarakat Indonesia. Pendidikan juga sangat berperan dalam membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sistem pendidikan Indonesia saat ini berpedoman pada konsep berpikir Ki Hajar Dewantara yang mengungkapkan bahwa pendidikan bangsa Indonesia tidak boleh meniru sistem pendidikan pada zaman Belanda, yang intelektualis, materialis, dan kolonial, serta tidak ada pengaruh dari kebudayaan. Pendidikan Indonesia harus terbuka akan adanya kebudayaan lain, mengahargai, dan dapat mempelajari kebudayaan tersebut.
Ki Hajar Dewantara menginginkan agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang sehat dengan mengembangkan beberapa konsep pengajaran, diantaranya :
- Konsep Tripusat pendidikan terdiri dari pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga hal ini sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak.
- Konsep Trikon yang merupakan pembelajaran budaya bangsa yang memiliki unsur, dasar kontinuitas, dasar konsentris, dan dasar konvergensi. Gagasan tersebut bernama Tri No yaitu, nonton, niteni, nirokke.
- Metode Among yang merupakan salah satu teknik pengajaran dalam pendidikan yang menuntun menuju tujuan, membentuk jiwa anak-anak sebagai bangsa yang berkarakter, membimbing manusia agar bisa hidup dengan kecakapan dan kepandaian sendiri, menciptakan manusia yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Sistem among berasas kekeluargaan memiliki 2 landasan, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan sebagai syarat melaksanakan pendidikan. Dalam Sistem Among, guru berperan sebagai Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri Handayani.
Sistem Pendidikan Indonesia yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki karakter pelajar Pancasila dan mengedepankan kemerdekaan. Konsep yang terinpirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara ini mengedepankan perkembangan budi pekerti peserta didik dengan pembiasaan, keteladanan, dan pengajaran tanpa adanya paksaan, serta mendidik peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing. Kurikulum merdeka menjelaskan peran penting elemen yang terlibat dalam Pendidikan, seperti tugas guru di dalam kelas, tugas sekolah dalam memfasilitasi peserta didik, serta tugas orang tua dan lingkungan masyarakat yang wajib mendukung perkembangan peserta didik, sehingga pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah tetapi pendidikan juga harus ada di dalam keluarga sebagai pendidikan awal yang membentuk  karakter, serta pendidikan di masyarakat yang sangat berdampak pada perkembangan peserta didik.
Daftar Rujukan
Ilham, Mohammad. "Relevansi Pendidikan Menurut Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Kurikulum Merdeka". Jowonews. 2023.
Rafael,S.P. & Mulyatno, C.B. "Buku Ajar: Filosofi Pendidikan Indonesia". Kemendikbud Ristek. 2022, halaman 29-30.
Tarigan, M. & Alvindi. Dkk. "Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia". MAHAGURU: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 2, 2022, Nomor 1, halaman 149-159.
Zuriatin, NurHasanah, Nurlala. "Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam Memajukan Pendidikan Nasional". Jurnal Pendidikan IPS, 2021 halaman.50
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H