Indonesia sebagai negara yang pulau-pulau nya dikelilingi oleh laut bahkan lebih luas lautan dibandingkan daratan sudah semestinya untuk memperkuat keamanan lautnya. Seperti Rusia yang memiliki pertahanan dalam sektor maritim yang sangat kuat. Hal ini mungkin yang akan menjadi acuan Indonesia untuk menjalin kerjasama dalam sektor maritim dengan Rusia.
Seperi yang kita ketahui Indonesia-Rusia sebelum nya telah melakukan kerjasama dalam sektor pertahanan yaitu jual-beli transportasi laut dan transportasi udara. Perjanjian Kerjasama ini dilakukan pada saat pertemuan tahunan tingkang Working Group. Pertemuan Working Group yang pertama dilakukan pada diselenggarakan di Moskow, Rusia pada 7 April 2015 membahas Kerjasama pada bidang transportasi dan infrastuktur. Indonesia yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Santoso Eddy Wibowo. Sedangkan Rusia diwakili oleh Deputi Menteri Transportasi Rusia, Mr. A.S. Tsydenov.
Pada pertemuan tersebut kedua belah pihak menyetujui untuk menandatangani dokumen kerangka acuan (Term of Reference) pembentukan Working Group bidang Transportasi dan Infrastruktur, sebagai acuan dan harapan untuk menjalin kerjasama lainnya di masa yang akan datang. Tidak hanya itu, pada pertemuan tersebut pula dilakukan tukar pikiran mengenai kerjasama di bidang transportasi laut, transportasi udara, perkereta apian serta pendidikan. Pertemuan di Moskow antara Kemlu RI dan Kemlu Rusia berlangsung produktif, menunjukkan kesamaan prinsip politik luar negeri kedua negara. Indonesia juga membuka peluang kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan. Salah satunya adalah bidang kelautan. Hal ini terjadi pada Dialog Perencanaan Kebijakan (PPD) RI-Rusia ke-5, Dr. Rabu (13 Mei), Sekretaris Kemlu RI, Dr. Jumala, Direktur Perencanaan Politik Departemen Luar Negeri Urusan Rusia, Aleksandr A. Tokovinin.
Pertemuan itu berlangsung di Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow. Dalam pertemuan tersebut diketahui adanya kesamaan prinsip politik luar negeri Indonesia dan Rusia. Seiring Indonesia terus mendorong kerja sama untuk membangun tatanan dunia yang lebih adil, lebih seimbang dan mencerminkan realitas politik dan ekonomi dunia, kebijakan luar negeri Rusia yang multipolar dan egaliter berupaya membangun dunia yang merangkul keragaman budaya dan agama. Menolak kontrol negara tertentu di bidang politik dan ekonomi dunia.
Tokovinin menambahkan, konsep politik luar negeri Rusia tahun 2013 mengantisipasi penyebaran globalisasi dan munculnya kekuatan politik dan ekonomi dunia baru. "Kebijakan luar negeri Rusia didasarkan pada prinsip menghormati hukum internasional, kolaborasi untuk memecahkan masalah global, kerja sama ke segala arah dan bukan konfrontasi. Saling menguntungkan," kata Tokovinin dalam siaran pers yang diperoleh KBRI Moskow pada Sabtu (16 Mei 2015).Dalam pertemuan 4 jam tersebut, Djumala didampingi staf KBRI Moskow dan Kementerian Luar Negeri RI juga memaparkan kebijakan Presiden Joko Widodo terkait doktrin hub maritim dan politik luar negeri Indonesia. Didasarkan pada Konsep Trisakti. sebagai pedoman pelaksanaan diplomasi Indonesia yang berlandaskan pada konsep Trisakti, membumi, khusus bermanfaat bagi rakyat (diplomacy for the people) dan mengutamakan keamanan (fighting for the national interests). "Sebagai negara kepulauan, infrastruktur pelabuhan di Indonesia misalnya perlu dikembangkan dan Indonesia membuka peluang seluasnya bagi kerjasama kemaritiman dengan negara sahabat termasuk Rusia," ujar Dr. Djumala.
Kedua belah pihak juga membahas isu-isu yang menjadi kepentingan bersama, seperti konflik dan radikalisme di Timur Tengah, ISIS, Trans-Pacific Partnership (TPP), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), ASEAN, dan krisis Ukraina. Sore harinya, delegasi Indonesia mengunjungi kampus MGIMO University (Moscow State Institute for Foreign Affairs) dan diterima oleh Direktur ASEAN MGIMO Center, Dr. Victor Sumsky. Dalam pertemuan tersebut, Dr Djumala antara lain memaparkan dan membahas perkembangan terkini politik luar negeri Indonesia serta isu-isu penting di kawasan Asia Pasifik dan Eropa.
Bapak Mikhail Galuzin mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan perlu meningkatkan jumlah kapal kecil dan menengah serta kapal kargo dan penumpang. Hal ini penting untuk menghubungkan pulau-pulau di perairan Indonesia untuk menjalin hubungan yang lebih efektif. "Tidak hanya kerja sama di bidang militer, tetapi juga pembangunan kapal sipil. Ekspor kapal besar Rusia ke Indonesia," kata Garzin. Dia mengklaim bahwa Rusia memiliki pengalaman dalam pengiriman atau hal-hal pelabuhan seperti logistik, organisasi dan fasilitas pelabuhan lainnya.
Oleh karena itu, Rusia berkeyakinan bahwa kerjasama dengan pemerintah Indonesia akan berkontribusi penuh bagi terwujudnya ide-ide Indonesia. "Saya berharap para ahli, peralatan dan teknologi di bidang ini dapat bermanfaat bagi Indonesia," kata Garzin. Bapak Galuzin menyampaikan bahwa Indonesia memiliki lima elemen kunci dasar kebijakan yang berpusat pada poros maritim: penguatan budaya maritim, pemanfaatan sumber daya kelautan, pengembangan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, dan peningkatan kemampuan pertahanan maritim. Presiden Joko Widodo akan bertemu dengan Presiden Rusia (Vladimir Putin) di sela-sela KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di China pada 10-11 November. Pada kesempatan ini, Jokowi ingin menyampaikan visi Indonesia untuk poros maritim dunia.
Indonesia dan Rusia menyambut baik kerjasama Pemprov Kaltim dan JSC Russian Railways dalam pembangunan proyek perkeretaapian khusus di Kalimantan dan pendirian perusahaan PT. Kereta Api Kalimantan. Kereta api khusus ini kemudian digunakan untuk mengangkut batu bara sepanjang 203 km dari Balikpapan di Kalimantan Timur ke Kutai Barat. Para pihak menyambut baik pemberian beasiswa kepada 50 mahasiswa Indonesia untuk menyelesaikan studi sarjana transportasi kereta api di sebuah universitas Rusia pada tahun 2015.
Pada pertemuan ini, Rusia juga menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan Indonesia dan mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sejak saat itu, kedua negara telah menjalin kerja sama di bidang transportasi udara, baik secara langsung maupun melalui program codeshare. Maskapai Rusia Transaero saat ini mengoperasikan penerbangan mingguan terjadwal pada rute dari Vnukovo, Rusia ke Denpasar, Bali.
Maskapai penerbangan Indonesia Garuda Indonesia juga telah menandatangani perjanjian codeshare dengan maskapai Rusia Aeroflot untuk mengoperasikan satu penerbangan harian di Jakarta-Incheon-Korea-Sheremetyevo, Jakarta-Hong Kong-Sheremetyevo dan Jakarta-Bangkok-Sheremetyevo. Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jawhari Palangjin Angin mengatakan hanya 100.000 turis Rusia yang datang ke Indonesia setiap tahun. "Dibandingkan dengan jumlah turis Rusia yang datang ke negara tetangga seperti Bangkok, Vietnam dan Kamboja, jumlah ini masih sangat kecil." Jelas Jawhari. Untuk itu, ia berharap penerbangan langsung akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Rusia ke Indonesia.