Tak lama lagi, simpuh rindu akan bertabuh,
Purnama akan meninggi di sambut oleh nyanyian dari langit.
Suara bertalu-talu,
Ada rindu dan sepi dijiwa yang sedang menari-nari.
Malam akan bercahaya di banding malam-malam sebelumnya,
Suara bedug yang di nanti akan menggema dengan penuh suka cita dari biasanya.
Sejadah akan riuh tergelar di setiap sudut,
Mengharap selaksa yang menghampirkan perihal ampunan.
Butir-butir tasbih berputar tak terhitung,
Sungguh banyak kemuliaan yang layak kita junjung.
Kata syukur tiada henti akan terucap penuh rasa pengagungan.
Sukaku karena hati yang kering akan disejukan,
Nafas yang tertahan akan diharumkan,
Menenangkan rasa dari kegelisahan.
Dukaku...
Sesekali hasrat 'kulawan untuk tidak ingin mendengar suara dentuman piring ibu,
Mencium aroma takjil buatan ibu,
Candaan sanak saudara yang menggelikan seakan terhanyut dalam renungan.
Ah! Hanya suara pekikan spidol yang menyambut hariku,
Bersama dengan pemikiran, pulpen dan kertas yang kuarungi.
Lalu kusambut Ramadhan di tanah rantau.
Marhaban ya Ramadhan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H