Yogyakarta, 20 Agustus 2024 -- Nurul Hasanah, mahasiswa PPG Gelombang 2 Tahun 2023 Universitas Ahmad Dahlan, sukses mempresentasikan hasil penelitiannya di Seminar PTK pada 20 Agustus 2024. Penelitiannya tentang penerapan model Problem-Based Learning (PBL) di kelas X.E3 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.Â
Dalam presentasinya, Ia menekankan pentingnya kemampuan berpikir kritis di era pendidikan abad ke-21, terutama dalam mengevaluasi informasi dan membuat keputusan logis. "Siswa harus berpikir kritis, bukan sekadar menghafal materi," ujarnya.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart dalam dua siklus, yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Problem-Based Learning dipilih karena model ini menantang siswa untuk memecahkan masalah nyata serta mendorong keterlibatan aktif dalam pembelajaran.Â
Sebelum penerapan model Problem-Based Learning, ada 10-15 siswa menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang rendah, dengan sikap pasif dan kesulitan dalam menyusun kesimpulan. "Saya merasa perlu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memicu pemikiran kritis siswa," jelasnya.
Penerapan model Problem-Based Learning menunjukkan hasil yang sangat positif. Setelah dua siklus penerapan, jumlah peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis rendah berkurang signifikan, dari 10-15 orang menjadi hanya 1-6 orang. Peningkatan kemampuan berpikir kritis ini tercermin dalam rata-rata nilai tes kelas, yang meningkat dari 70 sebelum siklus, menjadi 76 pada siklus pertama, dan mencapai 83 pada siklus kedua.Â
Hasil angket juga menunjukkan peningkatan, dengan rata-rata nilai kelas meningkat dari 67 sebelum siklus menjadi 74 setelah siklus kedua. Hal ini menandakan penerapan model Problem-Based Learning secara bertahap berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. "Kelas menjadi lebih dinamis. Siswa lebih berani menyampaikan pendapat dan terlibat dalam diskusi, serta terjadi perubahan nyata dalam cara mereka berinteraksi dan memecahkan masalah," tambahnya.
Penelitian ini tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai akademik, tetapi juga pada pengembangan High Order Thinking Skills (HOTS), yang sangat dibutuhkan di era modern. Model Problem-Based Learning mampu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di masa depan.Â
Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat menjadi warga yang cerdas dan baik (smart and good citizens), yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial.Â
Oleh karena itu, diharapkan model ini dapat diterapkan secara luas di sekolah-sekolah Indonesia, termasuk dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila, untuk membawa perubahan signifikan dalam kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda menghadapi dinamika perubahan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H