Kisah tentang Natuna ini saya dapatkan dari seorang teman yang berkunjung ke Natuna dan mengamati keadaan disana untuk sebuah riset kecil-kecilan.
Pernah mendengar istilah "Tikus mati di lumbung padi"?, kurang lebih makna dari istilah tersebut adalah seekor tikus yang mati di gudang makanan karena kelaparan, sungguh ironis bukan?! Kenyataan itulah yang terjadi di kepulauan Natuna. Meski kaya akan sumber daya mineral dan gas bumi, tapi kehidupan masyarakat Natuna sangat jauh dari sejahtera, untuk mecukupi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat banyak mengandalkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah setempat. Produktifitas masyarakat digadaikan dengan penguasaan eksplorasi sumber daya alam.
Eksplorasi  kekayaan alam Natuna tidak hanya membuat masyarakat dikebiri, tapi telah berdampak pada rusaknya keanekaragaman hayati dan ekosistem disana. Beberapa hewan khas Natuna yang hanya ada di Natuna mengalami ancaman kepunahan. Setidaknya ada tiga jenis Primata yakni Kekah, Kukang, dan Kera ekor panjang telah dulu mengalami kelangkaan. Penyebabnya adalah karena habitat mereka rusak dan berubah menjadi mesin sedot raksasa.
Dari jenis ikan, kelangkaan spesies terjadi pada ikan Napoleon dan Kuaci Merah. Kedua ikan tersebut khas Natuna dan hanya bisa hidup di perarian Natuna. Ikan Napoleon banyak diburu dan menjadi komoditi daging ikan yang lezat serta memiliki nilai jual tinggi. Seekor ikan Napoleon memiliki bobot hingga 190kg, dengan panjang badan mencapai 2 meter. Selain itu ikan Napoleon sangat mudah untuk di dekati, wajar jika banyak orang yang memburunya untuk diperjual belikan.
Napoleon, Ikan ter Alim Sedunia Asal Natuna
Dari bentuk fisiknya, ikan ini terlihat menyeramkan, selain tubuhnya yang jumbo dengan bobot  mencapai 190 kg, ikan dari keluarga wrase ini memiliki warna tubuh menyala kombinasi biru dan hijau, bibirnya tebal, dahinya penuh benjolan, dan matanya bulat lebar. Selain bentuk fisik yang aneh, keunikan juga terdapat pada ikan ini, diantaranya pandangan matanya bisa melihat cakrawala 360 derajad dan Usianya yang bisa menyamai manusia, mencapai 50 tahun.
Selain faktor alami, kelangkaan juga disebabkan oleh faktor eksternal. Ikan Napoleon sangat akrab dengan manusia. Meski di tinggal di alam liar, saat didekati ikan ini tidak merasa terganggu. Itulah sebabnya ikan ini mudah untuk ditangkap dan dimanfaatkan dagingnya oleh manusia.
Makanan utama ikan Napoleon adalah plankton, sea urchin, molusca dan crustacean yang banyak hidup di antara karang, dahulu mereka banyak ditemui di samudera Hindia dan samudera Pasifik. Seiring dengan perubahan alam dan perburuan secara besar besaran, populasi ikan Napoleon kini semakin langka. Kini habitatnya hanya ada di kepulauan Natuna.
Penasaran dengan ikan Napoleon? Ayo ke Natuna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H