Lukisan merupakan media yang memiliki multi fungsional artinya lukisan bukan saja memberikan suatu hiburan atau sebagai benda pajang semata, tetapi lukisan juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan suatu bentuk masalah-masalah pribadi, sosial dan sebagainya. Pada tahun 1997-2000 laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Saat ini diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28%. Jika tidak segera dihentikan, maka hutan yang tersisa akan segera musnah. (GHG Emissons by Sector 2000; EMISSIONS Source: WRI 2007).
Kerusakan hutan di Indonesia terutama disebabkan oleh: Â penebangan liar, Â kebakaran hutan dan lahan, Â kegiatan penambangan, Â peralihan fungsi hutan (konversi) menjadi perkebunan skala besar dan hutan tanaman industri, dan penebangan yang tidak lestari (unsustainable logging). Dampak negatif dari ekploitasi alam yang berlebihan merupakan ide dalam penciptaan karya seni lukis. Pencemaran, polusi yang muncul dari cerobong-cerobong pabrik industri, penebangan liar serta berbagai macam pembangunan yang kian meluas adalah beberapa gambaran yang akan divisualisasikan dalam karya seni lukis. Ekploitasi alam yang dimaksud diwujudkan dalam karya seni lukis dengan mengungkapkan tentang gejala-gejala alam yang terjadi dengan melakukan perenungan dalam penggalian ide menjadi bentuk visual yang akan ditampilkan dengan merujuk pada karya lukis yang telah diciptakan oleh seniman.
Karya akhir yang berjudul "Eksploitasi Alam dalam Seni Lukis" memvisualisasikan kondisi alam yang semakin memperihatinkan akibat eksplorasi yang dilakukan oleh manusia secara besar-besaran dan berkelanjutan tanpa mempertimbangkan usaha untuk pembaruan atau perbaikan kembali. Melalui tahap perenungan, eksplorasi, dan elaborasi penulis mencari bentuk-bentuk yang menarik untuk memvisualisasikan objek sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, tentu saja karya yang ditampilkan merupakan bentuk imaji dari eksploitasi alam yang dituangkan ke dalam karya lukis.
Berikut adalah hasil penciptaan dari karya seni lukis yang dimaksud :
"Townfolk Food Pollution" adalah sebuah karya yang menceritakan tentang satu sudut pandang negatif tentang pengaruh pembangunan pabrik-pabrik terhadap lingkungan di wilayah perkotaan yang tumbuh semakin menjamur. Polusi udara yang kotor merupakan santapan nikmat cepat saji yang tanpa sengaja dikonsumsi masyarakat perkotaan setiap harinya. Dalam karya ini terlihat sebuah makanan hamburger besar dengan sebuah pabrik industri di atasnya. Di samping hamburger tersebut terlihat pabrik besar yang tengah bekerja mengumbar polusi.
Karya berjudul "Nyaris Tak Tersisa" menceritakan tentang sifat kerakusan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan. Manusia melakukan pembalakan hutan sehingga tidak lagi memperdulikan masa depan anak cucu mereka. Salah satu contohnya adalah penebangan liar untuk membuka lahan atau area pembangunan. Dalam karya ini terlihat beberapa rumah yang terbuat dari kayu sementara pohon itu sendiri hanya tersisa sebatang di area yang sempit. Hal ini menggambarkan bahwa pepohonan telah habis dieksploitasi oleh manusia demi melangsungkan pembangunannya.
Dengan adanya karya lukis tentang eksploitasi alam yang telah ditampilkan penulis menyarankan kepada pemerintah dan masyarakat untuk menghargai alam dan menjaga kelestariannya. Penulis juga menghimbau masyarakat untuk saling peduli serta menjaga keseimbangan perkembangan alam, agar dapat dinikmati juga oleh anak cucu dimasa datang. Selain itu, penulis juga berharap agar karya akhir ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan tentang eksploitasi alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H