Mohon tunggu...
Nurul Hidayat
Nurul Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - It's a wonderful life

Betapa sedikitnya pengetahuan kita tentang hidup, diri kita, dan dunia di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sebuah Cerita dari Tanjung Piai, Ujung Paling Selatan Asia Daratan

26 Mei 2022   17:42 Diperbarui: 26 Mei 2022   17:55 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Clean Up di Tanjung Piai, Ujung Selatan Asia Daratan. Foto: Dokumentasi Pribadi.

"Forward dari Encik Shahril. Jom join siapa yang free. Saya nak join. Hidayat boleh bawa wife," tulis Aneez di grup WA.

"Mantap. Ke Tanjung Piai ini naik apa?" saya merespon dengan bertanya.

"Carpool boleh. Kita pun gerak sekali. No worries."

Dari informasi di grup WA itu saya mengetahui ada program Tanjung Piai Clean Up dan Pulau Kukup Mangrove Tour 2022 pada tanggal 21 Mei 2022 yang diselenggarakan oleh Tourism Malaysia. Shahril adalah sukarelawan dari SASTARI (Skuad Alam Sekitar Bestari Malaysia). Ia adalah teman di lab di Laser Center UTM yang paling peduli terhadap kegiatan-kegiatan berbasis alam sekitar.

Setelah berbincang dengan Shahril, kami memutuskan untuk mengikuti kegiatan peduli alam ini. Kami berangkat dengan menggunakan mobil Shahril pukul 6.30 pagi dari Johor Bahru. Satu jam lebih perjalanan ditempuh menuju Tanjung Piai, yang berlokasi di Pontian.

"Hidayat, tempat yang akan kita tuju ini adalah spot paling ujung Asia daratan," ucap Shahril sambil menyetir mobil.

"Oh ya, ini pasti tempat yang spesial."

Dengan Indonesia, ujung paling selatan keseluruhan benua Asia tentu saja daratan paling ujung Indonesia. Dari beberapa sumber, kita tahu Pulau Ndana (di Nusa Tenggara Timur) adalah daratan ujung selatan kepulauan Indonesia. Pulau Ndana adalah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Australia.

Ketika memasuki wilayah Pontian, kondisi jalan banyak dipenuhi oleh kebun sawit di kanan dan kiri. Shahril mengambil jalan pintas dan di tengah perjalanan barulah kami melihat secara langsung rumah tradisional Malaysia.

"Inilah kampung Hidayat. Kita hanya boleh lihat satu rumah itu," tangan kanan Shahril menunjuk ke sebuah rumah yang lantai dasarnya sekitar 1 meter di atas permukaan tanah.

"Selama saya di Malaysia, baru sekarang saya melihat rumah kampung seperti ini, Shahril."

"Sekarang ni kita benar-benar masuk kampung. Hanya ada satu rumah itu."

"Rumah yang lain tidak ada? Mereka yang di rumah itu tidak punya tetangga?" Saya bertanya penasaran.

"Ada. Tapi jauh di sana."

Setelah kira-kira 5 menit, barulah terlihat satu rumah lagi di pinggir jalan.

Tak terasa sambil ngobrol banyak tentang suasana kampung dan kota di Malaysia dan Indonesia, kami telah sampai di lokasi.

"Kita tak payah bayar tiket. Sebab kita ke sini ada kerja," Shahril memberitahu kami sambil melambaikan tangan ke petugas di portal pintu masuk Tanjung Piai.

Di tempat parkir sudah ada dua orang yang menunggu. Mereka adalah ketua dan sekretaris SASTARI, Aaduka dan Suhailiana.

Ternyata ramai juga yang ikut program clean up Tanjung Piai. Lebih dari seratus orang dari beberapa perwakilan klub peduli alam. Banyak juga dari anak-anak sekolah menengah. Bahkan sebagian guru dan dan ada orang tua murid-murid pun ikut.

Saya pikir kegiatan ini sekedar kegiatan bersih-bersih sampah di area pohon bakau saja. Eh ada kegiatan resminya pula dari pihak Tourism Malaysia dan pihak-pihak terkait.

Semua peserta diberi sarung tangan dan sebagian kami menggunakan sepatu boot. Dibagi menjadi 10 kelompok yang didampingi oleh satu orang dari pihak Tanjung Piai. Kami menyebar ke titik lokasi pantai bakau yang ada timbunan sampah. Kami bersama beberapa siswa sekolah masuk ke dalam grup 3.

"Misi kita adalah mengambil sampah apapun, kecuali kayu dan botol kaca yang ada talinya," begitulah arahan ketua grup 3.

"OK. Dan sebagian kita tak guna kasut nih, Bang. Tak semua boleh masuk ke tempat yang basah," sahut salah seorang anggota grup.

"Tak ada masalah. Yang guna kasut macam ni (sepatu boot) boleh masuk ke pokok mangrove. Yang tak guna boleh ambik sampah dekat temapt-tempat yang tidak basah," ketua grup kami memberikan penjelasan.

"Siap!"

"Tapi sebelum tu, kita akan tanam pokok bakau. Jom ikut saya," ajak ketua grup 3.

"Let's go!"

Kami menanam pohon bakau dan membersihkan sampah-sampah yang berceceran di antara akar bakau.

Banyak sampah-sampah itu. Nampaknya dari orang-orang yang menaiki kapal, bukan sampah oleh pengunjung wisata. Botol plastik, sandal yang cuma sebelah, bungsus makanan plastik, sedotan, kain, dan jenis-jenis sampah lain. Kami ambil sedapat mungkin. Grup 3 dapat mengumpulkan 9 kantong kresek besar.

Semangat Clean Up Tanjung Piai 2022. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Semangat Clean Up Tanjung Piai 2022. Foto: Dokumentasi Pribadi.

Setiap kantong sampah yang telah berhasil dikumpulkan oleh masing-masing grup ditimbang untuk kemudian diperingkat. Pemenangnya mendapat hadiah yang spesial di akhir acara.

Grup kami memperoleh 79 kg sampah. Dan juaranya adalah grup lain dengan sampah yang terkumpul sebanyak 114 kg. Grup kami dapat juara 5. Luamayan. Semuanya dapat hampers makanan dan minuman, cuma beda ukuran. Sementara juara 1 dapat berfoto bersama pihak Tourism Malaysia dan VIP di atas panggung. 

Total sampah yang dikumpulkan lebih dari 700 kg. Lebih banyak dari waktu terakhir kegiatan clean-up sebelum pandemi beberapa tahun lalu.

Selesai acara penutupan itu, Shahril mengajak kami untuk berfoto di spot paling ujung Asia daratan. Tidak jauh dari gedung acara. Di sana kami berfoto sebelum pulang.

Dalam perjalanan pulang saya terlintas pikir, betapa sampah itu benar-benar mengganggu kelestarian alam. Di mana pun. Satu orang yang membuang sampah sembarangan, saya beberapa kali, mungkin berfikir ah cuma sedikit tidak akan berimbas. Toh nanti akan ada yang membersihkan.

Jika satu demi satu orang itu dikumpulkan, jadilah sepuluh sampah terbuang sembarangan, dikumpulkan lagi, jadilah 100, 1000, lalu menumpuk dan menimbun. Merusak lingkungan. Aduh, kasihan sekali Bumi, tempat kita duduk dan berdiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun