Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan

Hobi saya membaca buku ,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Psikososial Erik Erikson dalam Kehidupan

28 Oktober 2024   15:12 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu kerangka kerja paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan. Erikson mengembangkan teori ini sebagai perpanjangan dari teori psikoanalisis Freud, dengan menekankan pentingnya aspek sosial dan budaya dalam perkembangan individu. Menurut Erikson, perkembangan manusia terjadi melalui delapan tahap yang masing-masing memiliki tantangan psikososial yang unik. Setiap tahap ditandai oleh konflik yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat.

Tahap-Tahap Perkembangan
Tahap Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuh. Jika kebutuhan dasar mereka terpenuhi, mereka akan mengembangkan rasa percaya; jika tidak, mereka akan merasa tidak aman dan mengembangkan ketidakpercayaan.

Tahap Otonomi vs. Malu dan Keraguan (1-3 tahun)
Anak mulai mengembangkan kemandirian dan otonomi. Dalam proses ini, mereka belajar untuk melakukan hal-hal sendiri, seperti toilet training. Dukungan dari orang tua dapat membantu anak merasa percaya diri, sementara kritik atau kontrol yang berlebihan dapat menyebabkan rasa malu dan keraguan.

Tahap Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak mulai mengeksplorasi dan mengambil inisiatif dalam aktivitas. Jika mereka didorong, mereka akan merasa percaya diri dan mampu; jika ditentang, mereka mungkin merasa bersalah atas dorongan dan keinginan mereka.

Tahap Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)
Pada usia ini, anak mulai belajar keterampilan dan mendapatkan pengakuan dari teman-teman dan guru. Sukses dalam hal ini membawa rasa industri, sedangkan kegagalan dapat menimbulkan perasaan inferior.

Tahap Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)
Remaja berusaha menemukan identitas diri dan memahami siapa mereka di dunia. Proses ini melibatkan eksplorasi berbagai peran dan nilai. Kesuksesan dalam tahap ini menghasilkan identitas yang kuat, sementara kegagalan dapat mengakibatkan kebingungan tentang diri.

Tahap Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun)
Di tahap dewasa awal, individu harus membangun hubungan yang intim dan saling mendukung. Keberhasilan dalam hubungan ini menghasilkan perasaan cinta dan kedekatan, sementara kegagalan dapat mengarah pada isolasi dan kesepian.

Tahap Generativitas vs. Stagnasi (40-65 tahun)
Pada usia paruh baya, individu mencari cara untuk memberi kembali kepada masyarakat melalui pekerjaan dan pengasuhan. Generativitas berhubungan dengan kontribusi terhadap generasi berikutnya, sedangkan stagnasi muncul jika individu merasa tidak berkontribusi.

Tahap Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas)
Di tahap akhir kehidupan, individu merenungkan hidup mereka. Jika mereka merasa puas dengan pencapaian dan pengalaman mereka, mereka akan meraih integritas. Sebaliknya, jika mereka merasa menyesal, ini dapat menyebabkan keputusasaan.

Konsep Utama
Erikson percaya bahwa setiap tahap memiliki krisis atau konflik yang harus dihadapi, dan keberhasilan dalam menyelesaikan konflik ini akan mempengaruhi kesehatan psikologis individu di masa depan. Selain itu, perkembangan psikososial tidak berhenti pada usia tertentu, melainkan terus berlanjut sepanjang hayat.

Implikasi Teori
Teori Erikson memiliki berbagai aplikasi dalam bidang pendidikan, kesehatan mental, dan konseling. Pendidik dapat memahami kebutuhan perkembangan siswa, sementara terapis dapat membantu klien memahami dan menyelesaikan konflik yang tidak terpecahkan dari masa lalu mereka. Selain itu, teori ini juga menggarisbawahi pentingnya dukungan sosial dan lingkungan yang positif dalam proses perkembangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun