Beberapa jam telah terlewati, waktunya penyeterilan makam dari peziarah karena sudah masuk waktu dzuhur. Aku dan khurin mencari tempat untuk sholat dan istirahat. Cuaca panas, perut kosong membuat tubuh ini sedikit kehilangan tenaganya.
Setelah tenaga terasa pulih Kembali dan perut sudah terisi, kami melanjutkan membaca alqur'an di musholah dekat makam. Kami tidak menuju ke makam karena aku tidak kuat dengan panasnya kota Surabaya.
Sore hari menyapa. Sepertinya kejenuhan sudah datang. namanya juga manusia, baru baca alqur'an dikit sudah mengeluh berkepanjangan. Aku dan khurin memutuskan keluar komplek makam untuk mencari udara segar. Khurin menawarkan view menarik dekat dengan makam sunan ampel. Jembatan merah dan Gedung kota lama Surabaya. Tidak ada salahnya jika aku menuruti sarannya. Toh masih ada waktu untuk melanjutkan menghatamkan alqur'an. Sekalian mencari makanan yang bisa jadi tenaga sampai nanti malam.
Puas dengan jalan-jalan, berfoto dan mencari makan. Kami Kembali ke area makam karena hari sudah sedikit gelap. Ketika sampai dikomplek makam kami sholat maghrib terlebih dahulu dan berjalan menuju makam. Sayangnya, ketika sampai disana aku dan khurin tidak bisa masuk karena pintu sudah tertutup. Tadi sore makam sempat dibuka tapi kali ini Kembali ditutup karena pengunjung yang membeludak. Aku belum menyelesaikan alqur'anku. Aku mencari jalan lain agar bisa masuttapi tetap tidak dapat masuk, mencari celah diantara petugas juga tetap tidak bisa masuk. Akhirnya aku duduk di pelataran masjid ampel menunggu shalat isya' sambil menyicil ayat-ayat alqur'an.
Adzan isya' berkumandang. Mengingat hari ini sudah seberapa bersyukurnya diriku atas kenikmatan yang diberikan sang pecipta. Merenungi segala hal yang terjadi dihidupku bahkan dalam hal perasaan. Aku dulu berkeinginan berziarah bersamanya. Dia pun pernah berencana berangkat ke makam ini sebelum aktivitas mencari ilmunya dikota Seberang bersamaku. Namun rencana itu sekarang hanya menjadi sebuah harapan belaka. Mungkin Allah punya kehendak lain. Dan kali ini aku mewujudkan keinginan itu sendiri tanpanya.
Aku sholat isya' dishof belakang sebelah nenek-nenek. Beliau sholat dengan duduk. Mungkin karena faktor usia membuatnya tidak bisa sholat dengan berdiri. Malu rasanya sebagai anak muda yang sehat masih menunda-nunda sholat. Beliau, meskipun sudah tua tetap mengutamakan melaksanakan sholat dan berjamaah meskipun dengan keadaan duduk.
"saking pundi nduk?" (asalnya dari mana nak?)
Tanya beliau setelah aku menyalami tangannya selepas doa sholat. Jika dilihat-lihat wajahnya sangat menenangkan. Mungkin dulu Ketika masih muda beliau Wanita yang berparas cantik.
"saking malang mbah". (dari malang mbah) jawabku.
"oh malang...rombongan a?".(oh malang... rombongan?)
"mboten, namung berdua mawon kaleh rencang. Njenengan saking pundi mbah??"(tidak, hanya berdua saja dengan teman. Anda dari mana asalnya mbah??)