Malam sudah beranjak larut. Mengajak siapapun untuk larut dalam kalut. Derai air hujan jatuh perlahan dari atap. Sejuk. Seorang gadis kecil masih terjaga sendiri dalam kamarnya. Entah sudah berapa lama ia terjaga dalam diam, berusaha memejamkan kedua matanya. Raganya sudah mengajaknya untuk tenggelam dalam larut malam, tapi pikirannya terlalu sibuk, penuh dengan angan.Â
Jiwanya sedikit lelah hari itu. Pikirannya sudah tidak lagi menentu. Terlalu banyak hal baru yang belum bisa ia pahami. Tentang dirinya dan juga mereka.
"Bolehkah aku mempertanyakan diriku sendiri?" tanyanya.
"Tentang apa yang benar aku inginkan, serta apa yang ingin aku lakukan,"
"Tentang apa arti dari senyum dan tawaku serta arti dari tangisku,"
"Tentang bagaimana senyum dan tawa tapi tidak dengan bahagia,"
Terlalu banyak pikiran di kepalanya. Ingin rasanya ia melupakan dan juga menghiraukannya tapi ia hanya tidak tau caranya. Rasanya ia hanya kehabisan kata-kata yang mampu benar mewakili apa yang ia rasakan dan pikirkan. Bisu. Mulutnya tidak mampu mewakili dirinya.
Dunianya saat ini terlalu asing baginya. Atau memang dirinya saja yang terlalu sensitive?
Rasanya terlalu sering ia tanyakan itu pada dirinya. Nihil. Tiada jawaban.
Tangis dan tawanya, rasanya itupun baru baginya. Saat tangisnya hadir, ia hanya ingin sendiri lalu menghilang tapi mereka bilang ia harus bertahan. Begitu saja seterusnya.