Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Assalamualaikum Dek

5 Januari 2021   15:50 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:44 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak ada yang bisa menebak kapan rasa bapernya akan tiba. Begitupun aku. Atau mereka yang sangat terlihat tenang namun siapa sangka akan ada saatnya mereka merasakan jantung berdegup kencang tanpa mereka sadari waktunya. Pagi ini di awal tahun 2021, tanpa hujan atau pun panas, sebuah kejadian yang pernah disangka akan terjadi ternyata terjadi.
" Assalamua'alaikum dek."
Sebuah pesan lewat dm yang tak pernah dibayangkan akan ada saat itu muncul. Kulihat waktu pengiriman pesan itu.
"... Ehh, udah 3 jam yang lalu. Kok aku nggak ngerti," gumamku lirih.
Dan ternyata pengirimnya pun sangat sangat tak pernah kusangka. Seseorang yang pernah kukagumi. Dulu. Entah, satu tahun yang lalu mungkin.
"... Kok?" dalam hatiku.
Antara tercengang, gugup dan rasanya aku tak mampu berkata apapun. Rasanya selalu ingin teriak sekencang mungkin.
"Ahhh," kataku lirih.
"Apa ini mimpi?" aku masih berusaha menyadarkan diriku.
Rasa canggung menghentikan jariku untuk memencet keyboard smartphoneku,
"Kok?"
"Ada apa?"
Pertanyaan itu memenuhi kepalaku. Namun rasanya terlalu berat jari ini untuk memencet setiap huruf dari kata itu.
"Wa'alaikumussalam iya," jawabku melalui dm.
Hanya kata itu yang mampu kutulis. Uhh. Namun, rasa deg-deg itu masih tak mau hilang untuk beberapa saat. Yang ternyata lumayan lama menetap di jantung ini.
-000-


Rasa itu bermula dari sebuah event di organisasi di kampusku dan kebetulan aku dan dia mengikutinya dan satu bidang. Aku yang masih 'maba' hanya mampu mengikuti setiap arahan yang disampaikan oleh kakak tingkat yang lebih paham tentang tugas di bidang itu dan event itu.
"Oke dek, Nia kamu yang catet ya," tanyanya kepadaku.
Mungkin karena teman yang lain tidak siap untuk 'mencatat' apapun, akhirnya aku yang memang selalu membawa dan akrab dengan buku dan bulpoin ketika ada sebuah pertemuan akan menjadi sasarannya.
"Eh,, iya kak," kataku bingung dan tak mampu menolak atau pun terlalu girang akan tugas itu.
Akhirnya aku pun sering berkomunikasi dengan dia. Karena memang akulah juru tulisnya.
---
 "Cie," kata temenku.
"Ihh, apain sih, Erli," kataku.
Aku adalah orang yang tak mampu untuk marah pada candaan-candaan konyol teman-temanku. Jadi yang aku lakukan hanyalah mengelak namun apa daya aku juga tetap tersenyum. Berminggu-minggu aku menjadi bahan candaan teman-temanku. Aku tak begitu mempermasalahkannya karena bagiku melihat teman yang tertawa itu rasanya ikut bahagia juga meski bahan yang dicandakan itu diriku.
-000-


"Gimana kabarnya?" pesan DM kembali muncul.
Rasa berdegupku semakin meningkat. Yang awalnya hanya salam dan aku pun sudah menenangkan degupan jantung ini.
"Mungkin lagi gabut. Atau salah kirim mungkin," Pikirku waktu itu.
Namun tak disangka pesan lain kembali datang. Rasanya tak sanggup untuk berkata apa pun. Lemas. Itu yang kurasa. Sebuah pertanyaan 'kabar' dari orang yang tak pernah disangka adalah seperti hujan yang tiba-tiba muncul di tengah teriknya matahari. Aneh. Takjub. Dan tak mampu dikata.
"Huff... kok seperti ini," pikirku.
Memang terkadang aku merasa teman yang terlalu berlebihan terhadap hal seperti ini. Namun sepertinya tidak. Karena rasanya aku mengalaminya.
"Alhamdulillah baik. Gimana kabar kaka juga?" balasku.
Send.
"Ahh.." Tak ada kata yang mampu kuucap. Jariku lemas.
"Aneh!! Benerkah aku menyebutnya itu atau mungkin 'mas'. Nggak. Itu terlalu gimana." Celotehku dalam hati.
Bingung. Hanya itulah yang mampu kurasa. "Adakah kata yang mampu mewakili rasa ini?" tanyaku dalam hati.
-000-

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun