Dea Antania Sulaiman, Nazia Ulfa, Nurul Fadilah, Rifqi Ramadhan Karim, dan Winda Novia Rahmi Nasution
Dosen Pengampu: Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB
Komunikasi merupakan proses interaksi antara dua orang atau lebih serta beberapa unsur yang terkait seperti sumber dan penerima untuk membangun sebuah kebersamaan, mencapai tujuan bersama dan saling memahami satu sama lain. Komunikasi sudah memasuki era baru seiring dengan perkembangan teknologi dan tersedianya berbagai gadget yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi. Gadget yang digunakan untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi jarak jauh juga memiliki kegunaan lain, yaitu menjadi media aktualisasi diri dengan fitur internet dan media sosial seperti Instagram. Gadget dan media sosial saat ini digunakan oleh banyak kalangan dan digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, stasiun, terminal, dan dalam kendaraan umum.
Berdasarkan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, pengguna internet Indonesia terbanyak yaitu pada usia 35-44 tahun, disusul usia 25-34 tahun, 10-24 tahun, 45-55 tahun, dan >55 tahun. Dewasa ini, internet banyak digunakan untuk bermedia sosial seperti berkomunikasi dengan orang lain melalui handphone.
Di masa pandemi Covid-19 ini, penggunaan media sosial sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat, terutama anak-anak hingga remaja. Hasil wawancara dengan MH, beliau mengatakan bahwa, “Ketika keluarga sedang kumpul terkadang ada yang sambil memegang handphone-nya, sehingga ada kenyamanan yang sedikit hilang karena fokus ke handphone masing-masing. Padahal biasanya ketika mengobrol semuanya bisa fokus pada obrolan yang sedang berlangsung”.
Setiap keluarga memiliki beragam bentuk dan ukuran, serta menerapkan gaya interaksi dan pola komunikasi yang berbeda. Oleh karena itu, setiap keluarga memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur komunikasi dan hubungan yang tercipta di dalam keluarga tersebut. Salah satunya adalah keluarga dengan orang tua yang bekerja, serta keluarga dengan orang tua yang tidak bekerja. Keluarga dengan orang tua yang bekerja tentu memiliki cara komunikasi yang berbeda dengan keluarga dengan orang tua yang tidak bekerja.
Seorang peneliti mengemukakan bahwa komunikasi yang memberdayakan orang dan memiliki tujuan untuk membangun kepercayaan dan konsensus. Mengarah pada perihal komunikasi keluarga, terkait dengan kualitas dan kuantitas dalam berkomunikasi sangat penting untuk diperhatikan. Intensitas dan arah komunikasi yang dimungkinkan dapat terjadi pada pola asuh anak. Apabila anak tumbuh dalam suasana keluarga yang harmonis, senantiasa mendengar kata-kata yang positif dan penuh dengan dukungan.
Gadget sebagai media secara umum memiliki fungsi positif bagi penggunanya. Namun penggunaan gadget yang kurang cerdas baik secara kuantitas atau kualitas dapat memberikan dampak yang lain, termasuk pada keluarga sebagai lingkungan sosial terdekat bagi suatu individu. Keluarga sebagai kelompok primer bagi suatu individu memiliki peran dalam hal sosial. Penggunaan gadget yang tidak cerdas pada anggota keluarga berpotensi untuk mengubah peran-peran dari keluarga tersebut dan mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan bagi setiap anggota keluarga. Fenomena penggunaan gadget pada anggota keluarga yang pada akhirnya berpotensi mengubah suatu pola interaksi sosial di dalam keluarga ini dapat diminimalisir dengan pemberian intervensi dari pekerja sosial keluarga sesuai fungsinya.
Intensitas penggunaan gadget memiliki hubungan yang dapat mempengaruhi pola interaksi sosial didalam keluarga. Dimana hakikatnya gadget dibuat dengan fungsi untuk mempermudah kegiatan seseorang, dalam artian fungsi gadget disini adalah baik. Namun dapat mengalami perubahan fungsi bila penggunaan gadget tersebut tidak dibarengi dengan ilmu yang cukup, dalam artian harus adanya pengelolaan dan pengendalian penggunaan gadget mulai dari kuantitas waktu pengguna sampai pada kualitas isi dari pengguna yang dilakukan.