Maulid merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dirayakan oleh umat islam diseluruh dunia. Peringatan maulid biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti membaca sholawat beramai-ramai dan menyelenggarakan acara.
Di Aceh, terkhususnya Aceh Barat, perayaan maulid dilakukan di setiap desa dengan mengundang warga desa lain untuk memeriahkan acaranya. Setiap desa akan menetapkan tanggal perayaannya dan memberikan undangan ke beberapa desa tetangga.
Setiap tahunnya perayaan maulid ini adalah hal yang ditunggu-tunggu, bukan hanya menjadi pengikat tali silaturrahmi tetapi perayaan ini benar-benar sangat meriah karena diiringi lantunan sholawat dengan suara yang menggelegar, juga diikuti dengan gelengan dan anggukan kepala jamaahnya yang menjadi khasnya tersendiri.
Meudikee dalah kegiatan bersholawat di dalam masjid setelah masuk bulan maulid. Biasanya diselenggarakan di setiap desa diawal bulan maulid dan dilakukan selama 12 malam berturut-turut, yang mengikuti kegiatan tersebut adalah anak-anak, remaja dan orang tua. Pada malam itu, masyarakat membawa makanan ringan dan air untuk dibagikan kepada orang meudikee dan ada malam-malam tertentu dimana masyarakat membawa nasi bungkus.
Meudikee, juga hal yang sangat dinanti-nanti karena pada malam itu bukan hanya orang meudikee yang datang ke masjid tetapi masyarakat berbondong-bondong melihat meriahnya lantunan sholawat yang bergema di dalam masjid. Ditambah suara riuh anak kecil yang berlarian dihalaman masjid, ada juga anak kecil yang ikut meudikee  dan itu entah mengapa menjadi hal yang sangat disukai ibu-ibu saat melihat anak kecil menggeleng dan menganggukan kepalanya.
Desa Blang Beurandang memiliki keunikannya tersendiri dalam perayaan maulid. Satu hari sebelumnya, masyarakat akan melakukan ritual memasak besar-besaran. Dimulai dengan menyiapkan bahannya seperti ikan, ayam, dan nasi. Perayaan maulid tidak lengkap rasanya kalau tidak ada nasi minyak, ikannya juga tidak di potong kecil-kecil tetapi digoreng satu-satu ekor, begitu juga dengan ayam yang hanya di potong beberapa bagian agar tidak kecil.
Di hari itu, setiap rumah menyiapkan satu hidang jumbo, biasa juga disebut kupok untuk mengisi nasi dan lauk maulid. Uniknya itu, di Blang Beurandang, nasinya itu tidak dibungkus tetapi di sajikan didalam ember sedang untuk diisi di dalam hidang.
Pada hari H, jangan ditanyakan lagi bagaimana meriahnya acara tersebut. Lantunan sholawat yang bergema seumpama mengungkapkan rasa cinta dan hormat yang begitu besar kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui kegiatan ini, kita menciptakan suasana yang penuh keberkahan dan kedamaian. Pada saat pembagian nasi, biasanya nasi diisi dalam plastik besar dan itu menjadi kepuasan tersendiri bagi anggota maulid. Lauknya juga tidak sedikit yang dibagi, mereka bisa mendapatkan dua sampai tiga plastik besar. Bukan hanya anggota maulidnya saja yang mendapatkan nasi tetapi masyarakat desanya pun kebagian.
Di Blang Beurandang, perayaan maulid diadakan dua kali. Peringatan maulid di masjid diperuntukkan bagi masyarakat umum dari desa undangan, sementara di musholla khusus untuk santri pondok pesantren. Hidangan yang disiapkan masyarakat itu tidak sama seperti peringatan di masjid tetapi masyarakat di harapkan membungkus nasi lima bungkus per-rumah. Lantunan sholawat di musholla tak kalah meriahnya dengan di masjid, suasananya menciptakan kegembiraan dan penuh kekhusyukan.
Perayaan maulid tidak hanya sampai disitu saja, tetapi masih ada acara yang mampu meningkatkan semangat beribadah dan merangsang bakat bagi anak-anak melalui lomba. Lomba yang diadakan seperti azan, tilawah, pidato dan tahfiz antar TPQ. Pada malam puncak, akan ada penceramah yang hadir untuk mengisi tausiyah kepada masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar dapat memotivasi anak-anak untuk menumbuhkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan kemampuan dan bakat, serta mempererat tali persaudaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H