Nasi Jamblang merupakan salah satu kuliner yang sudah menjadi identitas bagi warga Cirebon. Sekilas, nasi ini tak jauh berbeda dengan nasi putih biasa. Hanya saja, penggunaan daun jati sebagai pembungkus menjadikan nasi ini terlihat lebih unik. Penggunaan daun jati sebagai pembungkus bertujuan untuk menjaga nasi agar tetap pulen dan tahan lama, karena daun jati memiliki pori-pori khusus yang membantu nasi untuk tetap terjaga kualitasnya.
Ukuran nasi Jamblang terbilang kecil, hanya segepal tangan orang dewasa dan proses memasaknya pun sama seperti nasi putih biasa. Sebelum dibungkus menggunakan daun jati, nasi putih yang sudah masak didinginkan terlebih dahulu selama beberapa jam, setelah itu barulah dibungkus menggunakan daun jati. Hal itu dilakukan agar nasi menjadi tahan lama dan tidak berubah warna, karena jika dibungkus dalam keadaan masih panas, akan berubah warna menjadi merah. Untuk itu, biasanya setelah nasi matang, langsung dikipas atau diangin-anginkan terlebih dahulu sampai nasi benar-benar dingin untuk selanjutnya dibungkus dengan daun jati.
Lauk pauk yang disajikan bersama nasi Jamblang meliputi sambal goreng, tahu sayur, paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar atau telur goreng, semur ikan, ikan asin, tahu-tempe, serta tak ketinggalan ‘blakutak’ yakni sejenis cumi-cumi yang dimasak beserta tintanya. Semua menu tersebut disajikan dalam keadaan dingin.
Aneka lauk pauk yang disajikan bersama nasi Jamblang (Sumber Foto: http://www.yukpegi.com/wp-content/uploads/2013/12/3)
Konon, sejarah nasi Jamblang berawal saat Belanda masih menjajah Indonesia. Kala itu, Jenderal Hindia Belanda yang ke-36 yakni Herman Willem Daendels membangun Jalan Raya Anyer – Panarukan yang melewati Kabupaten Cirebon. Ratusan pekerja dikerahkan untuk membangun Jalan Raya ini. Dalam menyuplai makanan para pekerja, masyarakat dari Desa Jamblang, Cirebon membuat bungkusan nasi yang dibungkus dengan daun jati untuk dibagikan kepada mereka. Inilah yang kemudian menjadi dasar penamaan nasi Jamblang.
Di Cirebon, terdapat banyak penjual nasi Jamblang. Namun, ada satu tempat yang menjual nasi Jamblang paling terkenal di Cirebon, yakni nasi Jamblang “Mang Dul.” Nasi Jamblang “Mang Dul” terletak di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo No. 4, Cirebon, tepatnya di dekat perempatan lampu merah Gunung Sari. Sebagian besar orang yang pernah berkunjung ke Cirebon, tidak afdol rasanya jika tidak menyempatkan makan nasi Jamblang “Mang Dul” ini, bahkan beberapa pejabat negara dan pejabat daerah sering mampir ke warung ini.
Warung ini didirikan pada tahun 1968 oleh Abdul Rojak atau lebih akrab disapa “Mang Dul.” Warung nasi Jamblang “Mang Dul” ini buka setiap harinya dari pagi sampai malam hari. Selain karena sudah melegenda, yang membuat nasi Jamblang “Mang Dul” ini berbeda dari yang lain adalah cita rasa yang nikmat.
Menu “wajib” yang tak boleh terlewatkan adalah sambel goreng, tempe goreng, perkedel, dan bumbu daging. Kebanyakan orang yang pernah berkunjung ke tempat ini mengatakan bahwa sambal nasi Jamblang “Mang dul” ini terasa enak, tidak terlalu manis, juga tidak terlalu pedas, pas. Begitu pula perkedelnya, tidak terlalu asin, juga tidak terlalu pahit, tidak terlalu kering, juga tidak terlalu lembek, sekali lagi, pas.
Tempat makannya pun nyaman dan bersih. Pelayanan terhadap pelanggan juga memuaskan. Harga yang ditawarkan pun tidak terlalu mahal, terjangkau untuk semua kalangan. Ada baiknya, jika berkunjung ke Cirebon sempatkan berkunjung ke warung nasi Jamblang yang melegenda ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H