Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Bagaimana Peran Sastra Lisan pada Zaman Sekarang?

2 Juli 2018   18:50 Diperbarui: 2 Juli 2018   18:53 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Relevansi Sastra Lisan pada Zaman Sekarang

Sastra lisan merupakan salah satu karya sastra yang dikembangkan oleh masyarakat zaman dahulu secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut, karena pada zaman dahulu masih sedikit masyarakat yang menggunakan alat tulis. Jadi, masyarakat menyampaikan cerita-cerita tersebut hanya mengandalkan ingatan yang terus diceritakan ke orang lain agar tidak hilang dan tetap berkembang. Sehingga sampai saat ini sastra lisan masih terus berkembang dan diminati banyak orang.

Seiring berjalannya waktu, saat ini sastra lisan sudah semakin berkembang dan semakin bertambah peminatnya. Bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa yang memilih jurusan sastra Indonesia dan para sastrawan yang terus rajin memperkenalkan sastra kepada masyarakat luas. 

Dari mulai mendongeng di tempat rekreasi yang ramai dikunjungi (terutama) oleh anak-anak dan membagikan buku-buku cerita kepada anak-anak yang kurang mampu. Sehingga, dari sini kita sebagai mahasiswa bisa lebih meperdalam lagi apa itu sastra lisan dengan berbarengan untuk terus memperkenalkan sastra, khususnya sastra lisan kepada masyarakat luas.

Masih banyak dongeng-dongeng, legenda, dan mitos-mitos yang dipercayai oleh banyak orang. Walaupun cerita tersebut berawal dari mulut ke mulut, tetapi sampai saat ini masih terjaga inti dari cerita-cerita tersebut dan dapat diambil sisi positif sebagai pelajaran yang dapat dicontoh. 

Misalnya, seperti dalam cerita legenda Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya sehingga Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Dari legenda Malin Kundang bisa diambil pelajaran bahwa kita sebagai seorang anak haruslah hormat dan sopan kepada orangtua dan orang yang lebih tua dari kita. Apabila kita berbuat jahat kepada orangtua maka kita akan mendapatkan balasan dari sikap jahat kita sendiri. 

Itulah yang dialami malin kundang, dengan sifat durhakanya kepada ibunya maka ia dikutuk menjadi batu. Juga pada cerita legenda Bawang Merah dan Bawang Putih. Jika kita melakukan hal yang baik, maka akan mendapatkan hasil yang baik pula, begitu juga dengan jika kita melakukan hal yang buruk maka akan mendapatkan hasil yang buruk pula. Bawang Putih gadis yang selalu berbuat baik, jujur, dan sopan pada akhir cerita akhirnya mendapatkan hadiah berupa emas atas perbuatannya yang baik. 

Berbeda dengan Bawang Merah yang selalu mempunyai rasa iri, dengki, dan jahat, pada akhir cerita Bawang Merah mendapatkan hadiah berupa hewan-hewan beracun dan mematikan. Pada dua legenda tersebut kita bisa mengambil hal positif yang nantinya bisa kita praktekkan di kehidupan sehari-hari. 

Kita juga bisa memperkenalkan banyak sastra lisan kepada orang-orang terdekat kita, khususnya para orangtua untuk lebih sering menyuguhkan cerita-cerita legenda dan sejarah zaman dulu kepada anak-anaknya. Karena dengan menceritakan langsung maka kita juga bisa menyampaikan secara langsung nilai-nilai kehidupan di cerita tersebut kepada sang anak. Sehingga si anak bisa lebih mudah memahami jika disampaikan lewat lisan dari pada disampaikan lewat tulisan.

Banyak yang menyukai sastra lisan dibandingkan sastra tulis. Karena, dalam sastra lisan kita bisa melihat, mendengarkan, dan mendapatkan langsung pesan dari cerita tersebut secara utuh, sehingga lebih mudah dipahami. Tetapi, pada zaman yang sudah modern ini, banyak sastra lisan yang ditulis ulang dan dicetak rapi, juga sudah mudah ditemukan dalam banyak telepon genggam sehingga bisa lebih memudahkan para peminat sastra lisan sekaligus sastra tulis.

Namun, pada zaman yang semakin mengikuti arus globalisasi ini, tidak mudah untuk bisa mempertahankan sastra lisan agar tetap terjaga dan terus bisa diminati oleh banyak orang. Semakin canggihnya teknologi maka semakin sulit juga untuk terus menjaga keutuhan isi dari sastra lisan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun