Mendaki merupakan hal yang saat ini digemari oleh kalangan muda, dengan banyak sekali alasan. Mengisi waktu libur, menghilangkan rasa galau, bahkan merasa ingin mecoba tantangan yang baru untuk melihat pemandangan alam. Bahkan semua orang pasti ingin diakui oleh eksistensinya dengan melakukan beberapa foto-foto selfie seorang pendaki yang telah menunjukkan keberadaannya di sebuah gunung.Â
Mendaki merupakan cara merayakan kehidupan, mencerapi, dapat mengetahui kepribadian seseorang dan menjadikannya bermakna. Mendaki juga dapat memberbanyak teman, yang pada awalnya belum saling mengenal, maka dari itu mendaki dapat bersosialisasi dengan alam dan manusia.
Setiap orang pasti mempunyai banyak alasan dan motivasi untuk melakukan sesuatu. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas hal tersebut namun saya juga menjadi salah satu korban penyakit kegunungan (ketagihan untuk mendaki).Â
Pada bulan 29-30 Januari 2019 kemarin saya beseta teman-teman perkuliahan satu kelas, 4  anak  dari Universitas lain 8 anak mengadakan pendakian disalah satu gunung yang berada di kabupaten Magelang, Jawa Tengah.Â
Gunung tersebut tergolong tinggi dan telah dikenal oleh banyak orang. Pada awalnya saya sempat ragu untuk mendaki di gunung tersebut, karena pada saat itu cuaca yang tidak mendukung (Hujan).Â
Namun dari rasa penasaran serta ingin menikmati keindahan ciptaan Tuhan saya akhirnya nekat untuk melakukan pendakian. Ya... saya beserta rombongan akan mendaki Gunung Merbabu yang memilii ketingian 3.142 mdpl atau sekotar 10.630 kaki, gunung yang setia berdampingan dengan salah satu Gunung aktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi.Â
Dalam pendakian ini banyak teman-teman saya yang masih pemula, karena dari sebagian kami sama sekali belum pernah melakukan pendakian Gunung sebelumnya.Â
Namun dari segala persiapan untuk perjalanan sudah kami siapkan sebelumnya, mulai dari tenda, carrier, logistik, baju, sb, obat-obatan dll hingga mental dan fisik untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi saat pendakian.
Untuk mendaki Gunung Mebabu terdapat 5 jalur pendakian, masing-masing telah memiliki kesulitan berbeda-beda. Namun disisi lain pada dasarnya jalur-jalur pendakian tersebut juga memiliki pemandangan yang sama indahnya. Terdiri dari jalur Selo, Weas, Thekelan, Chuntel, dan Suwanting.Â
Dari kelima jalur tersebut yang paling ramai dilewati oleh pendaki dan dipilih oleh para pendaki pemula yaitu Selo, serta memiliki pemandangan yang lebih indah karena pada jalur Selo tersebut kita dapat melihat banyak spot seperti sabana rumput menunjang, bukit-bukit, Gunung Merapi, Sunsete dll.
Kami berangkat dari Yogyakarta pukul 09.00 wib dengan menggunakan sepeda motor, kemudian kami sampai di basecamp Selo pada pukul 12.00 wib. Di basecamp pak marto, kami menitipkan motor dan juga mempersiapkan kembali kondisi badan agar stabil dalam melakukan perjalanan, makan siang dan melakukan pembagian tugas.Â
Sekitar pukul 13.00 wib kami memutuskan untuk melakukan pendakian melewati jalur Selo Baru, dari basecamp kita akan melewati rumah warga, kemudian selo ini kiri kanan yang dapat dijumpai yaitu ladang yang ditanami sayur-sayur milik warga dan tak jarang pemandangan Gunung Merapi yang letaknya bersebalahan dengan Gunung Merbabu. Jalan yang berupa cor sekitar 600 m barulah sampai pada bukit Gancik Hill Top yang merupakan obyek tempat wisata.
Pukul 14.12 Â kami sampai di dalam hutan. Hutan tesebut yang disekitar lerengnya banyak sampah-sampah. Kemudian kami meneruskan perjalanan dengan trek yang masih landai dan beberapa ada yang menanjak, namun masih ada bonus hingga pos 1.Â
Di awal pendakian memang kami sudah mendapatkan informasi bahwa cuaca akhir-akhir tersebut tidak mendukung, namun Alhamdulilah pada saat kami melakukan pendakian cuaca yang cerah, panas yang tidak terlalu terik membuat pendakian kami terasa nyaman bahkan untuk debu pun tidak ada sama sekali.
Singkat cerita
Pukul 15.45 Wib kami baru sampai di Pos 2 dengan trek yang kita lalui jauh lebih sulit, trek yang berupa tanjakan dan sudah keluar dari hutan-hutan sehingga angin akan kencang menerpa tubuh kami, kami beristirahat dan ber foto-foto.Â
Dengan mengejar waktu kami langsung melakukan perjalanan karena waktu sudah sore. Kemudian sebelum sampai di pos 3, saya menjumpai lokasi yang cukup luas, dengan berjalan naik sedikit kita sudah menjumpai pada lokasi " Bukit Teletubis ", nah di situlah tinggal turun sedikit kita sampai di pos 3 Batu Tulis.Â
Di pos 3 kami beristirahat memang cukup lama, karena kami menikmati pemandangan Gunung Merapi, Sunset serta kami juga memasak di pos 3 tersebut.Â
Awalnya saya tidak yakin untuk melakukan perjalanan lagi, saya menginginkan untuk mendirikan tenda di pos 3 ini, namun teman-teman selalu memberikan semangat kalau di atas gunung ada pemandangan yang lebih bagus dari pada di pos 3 tersebut.
Pukul 18.15 kami melanjutkan perjalanan dengan sangat mengura tenaga, karena trek menuju sabana 1 bisa dibilang ekstrim karena tanjakan yang sangat miring serta licin.Â
Dalam perjalanan ini memang membutuhkan waktu paling lama dan paling susah dalam pendakian melalui jalur Ganjik, apalagi pada saat itu waktu sudah malam dan gelap sampai-sampai harus berpegangan dengan tali yang ada, setelah itu ada belokan ke kiri yang disebut dengan Jemblongan lalu naik sedikit dan tidak jauh barulah sampai di Sabana 1 Mebabu.Â
Di Sabana 1 banyak pendaki yang mendirikan tenda, disitulah kami banyak santainya dan bersitirahat hingga 1 jam karena angin yang sangat kencang dan dingin sekali.
Pada pukul 18.00 wib kami meneruskan perjalanan di sabana 1, saya selalu diberi semangat oleh teman-teman kalau di sabana 2 lebih enak bua camp, kemudian kami jalan menuju sabana 2 dengan memiliki trek yang sama dengan sebelumnya, memang banyak bonusnya dalam perjalanan ini.Â
Sabana 2 merupakan lokasi terfavorit untuk mendirikan tenda dengan memiliki luas 2x dari sabana 1, dengan jarak antara puncak yang tidak jauh. Kami tiba di sabana 2 pukul 21:00, kemudian kami mendirikan 3 tenda dengan angin yang sangat kencang dapat menghambat kami untuk medirikannya.Â
Setelah itu kami bersiap-siap untuk makan malam, ada juga yang masih berbincang-bincang bahkan ada juga yang sudah tidur dan istirahat.
Minggu, 31 Januari 2019
Pukul 05:00 Wib
Kami bangun menikmati keindahan sabana-sabana serta bukit-bukit serta sunrise dari sabana 2, kemudian kami ber siap-siap untuk menuju puncak Kentengsongo.Â
Dari sabana 2 memilii trek yang sama ekstrim dengan sebelumnya dengan cuaca yang dingin dan angin yang kencang saya memilih untuk pelan-pelan dalam melakukan perjalanan. Pukul 08:00 saya sampai di puncak Kentengsongo Peak dengan memiliki ketinggian 3142 mdpl.Â
So pasti, kita selfi-selfi serta menikmati keindahan alam di Puncak Gunung Merbabu ini. Tidak berlama-lama kami segera turun ke sabana 2 untuk bersiap-siap karena cuaca sangat panas sekali.
Pukul 12:00 wib kami turun menuju basecamp, ditengah perjalanan hujan akhirnya turun sangat deras dan jalan sangat licin. Sampai baju, celana kotor penuh dengan tanah...
Pukul 17.20 wib  kami semua sampai di basecamp Merbabu Via Selo Baru dengan selamat, sehat walafiat.
TERIMA KASIH MERBABU......!!!!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H