Merantau untuk menimba ilmu bersama keluarga merupakan anugerah namun butuh perjuangan. Terkadang suka iri dengan teman-teman yang dengan mudah bisa datang ke kampus kapan saja. Bahkan di antara mereka tak sedikit yang pulang malam.Â
Tak terbayang, tugas yang telah mereka selesaikan mungkin sudah banyak. Tapi sudahlah! Bukankah membawa keluarga juga adalah sebuah pilihan yang telah diambil yang justru itu merupakan langkah terbaik bagi saya agar hati lega.Â
Jauh-jauh hari, salah satu supervisor saya sudah mengingatkan untuk memenej berbagai tugas akademik maupun keluarga. Agar kehidupan keluarga damai tentram sekaligus kehidupan akademik terlalui dengan nyaman ada beberapa langkah saya tempuh,
1. Sediakan waktu untuk mengobrol
Mengobrol sepertinya sepele namun memiliki pengaruh yang cukup besar. Komunikasi dapat menjadikan seluruh anggota keluarga menjadi bagian yang tak terpisahkan. Waktu mengobrol yang paling cocok bagi saya dan keluarga adalah saat makan sore atau malam. Semua biasa bercerita tentang aktivitasnya seharian.Â
Hal-hal apa yang menarik ataupun yang kurang menyenangkan. Semua bisa saling memberi semangat dan menghibur sembari mempersiapkan diri untuk beraktivitas esok hari
2. Sediakan waktu khusus untuk belajar
Normalnya, mahasiswa PhD bidang sosial humaniora seperti Pendidikan tidak memiliki aktivitas riset di laboratorium seperti halnya science maupun Teknik. Mereka biasanya datang ke kampus dari pagi hingga petang untuk melakukan riset, menulis maupun mengikuti workshop.Â
Saya sendiri sehubungan tidak memungkinkan untuk pergi ke kampus setiap hari, saya memutuskan untuk mengikuto workshop secara online. Kelas-kelas yang wajib diambil umumnya tersedia baik tatap muka maupun daring. Selagi ada pilihan daring, saya memilih untuk mengambil daring.
Sementara itu, untuk waktu khusus belajar mandiri, saya memilih waktu dini hari sebelum shubuh. Pasalnya pada waktu tersebut bayi saya biasanya masih tertidur. Sementara siang hari, kalau si kecil sedang nyaman main sendiri atau sedang dititip di daycare, saya bisa kembali belajar, melanjutkan riset ataupun menulis.Â
Akan tetapi hari tak selalu mulus. Kadang saat ide mengalir, si kecil sedang butuh perhatian. Kalau begitu, ide bisa buyar dan tak mudah mengembalikannya lagi.Â
Jika kondisi ini muncul, saya buru-buru menuliskan kata kunci di grup whatsapp yang isinya hanya saya sendiri. Atau memfoto halaman jurnal yang tengah saya baca agar bila waktu sudah memungkinkan, saya bisa melanjutkan. Lumayanlah gak mesti dari nol lagi.