Mohon tunggu...
Nurul BalqisQ
Nurul BalqisQ Mohon Tunggu... Petani - mahasiswa tingkat akhir

panggil saja balqis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Mahasiwa Undip Bikin Gempar dan Panik Satu RT

7 Februari 2021   21:59 Diperbarui: 7 Februari 2021   22:40 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batang (7/02/2021) -- Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro merupakan kegiatan yang berupa pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa. Namun, masa pandemi ini mengharuskan mahasiswa yang melaksanakan KKN secara monodisiplin di tempat tinggal masing-masing. Tema yang diangkat pada KKN UNDIP Tim 1 kali ini yaitu Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's).

Salah satu program kegiatan KKN UNDIP dilaksanakan di RT 01/RW 05 Desa Krengseng, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Terdapat 2 program kerja yang dilaksanakan, yang pertama adalah papembuatan pupuk organik. Maraknya penyebaran virus covid-19 berdampak terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Oleh karena itu untuk membantu ketahanan ekonomi keluarga maka diadakanya program KKN monodisiplin "Panik Sa' RT".  Panik Sa' RT merupakan program kegiatan pelatihan pengolahan limbah rumah tangga untuk pembuatan pupuk organik hingga pemasaran produk secara online dalam rangka ketahanan ekonomi keluarga akibat pandemi covid-19. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan kepada ibu rumah tangga agar dapat memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi bernilai. Pembuatan pupuk tersebut terdiri dari pembuatan pupuk cair organik dari nasi basi dan kompos dari sampah organik rumah tangga.

Pelaksaan kegiatan tersebut diawali dengan pengumpulan media yang dibutuhkan diantaranya  sampah organik basah seperti kulit bawang, tomat busuk, kulit wortel, bonggol sayuran dan sebagainya. Selain itu juga mengumpulkan sampah organik kering seperti dedaunan kering, kertas, kardus dan sebaginya. Setelah media yang dibutuhkan terkumpul bersama Bu RT, Bu Kadus, dan salah satu warga pembuatan pupuk organik dilakukan berasama. Pupuk organik yang telah dibuat ditunggu selama 2-3 minggu baru kemudian proses pengemasan dan pemasaran  dilakukan.

Pelaksanaan program tersebut hanya diwakilkan oleh Bu RT, Bu Kadus, dan salah satu warga dikarenakan untuk mematuhi protokol kesehatan akibat pandemi covid-19. Selain pelatihan juga dilaksanakan FGD (Focus Group Discusion) guna meningkatkan pemahaman dan bertukar informasi bersama peserta dalam pembuatan pupuk organik tersbut. Harapan peserta yang terlibat yaitu program Panik Sa' RT dapat diteruskan ke tingkat desa dalam rangka menindaklanjuti program pemberdayaan masyarakat yang diadakan di Desa Krengseng.

Program yang kedua adalah "Gempar Tanpa Lapar" yaitu program kegiatan berupa menanam sayuran di pekarangan rumah bersama anak-anak. Rendahnya minat anak-anak terhadap pertanian berdampak pada regenerasi petani. Selain itu di Desa Krengseng luasnya pekarangan belum dimanfaatkan secara optimal. Maka dari itu program Gempar Tanpa lapar dilakukan bertujuan untuk mendukung program pemerintah sekaligus PBB mengenai ketahanan pangan, minat generasi muda terhadap pertanian, dan pemanfaatan pekarang supaya lebih optimal. Gempar Tanpa Lapar merupakan program kegiatan menanam sayuran di pekarangan rumah bersama anak-anak guna ketahanan pangan tanpa lapar sesuai dengan SDG's serta memunculkan minat generasi muda terhadap pertanian.

Pelaksaan kegiatan tersebut dilakukan dengan mempersiapkan media yang dibutuhkan seperti tanah subur, bibit tanaman sayuran, polybag, dan tabung penyemprot tanaman. Setelah itu mengajak anak-anak sekitar rumah untuk diajarkan menanam sayuran dalam polybag yang kemudian dibawa pulang masing-masing. Dalam kegiatan tersebut dijelaskan apa saja yang dibutuhkan untuk menanam serta fungsi dan kegunaanya. Kemudian diajarkan bagaimana menanam sayuran yang tepat serta bagaimana perawatanya. Harapanya program Gempar Tanpa Lapar tidak hanya dilakukan sekali saja namun mewadahi kegiatan anak-anak yang ingin bercocok tanam serta menghias pekarangan rumahnya dalam kata lain program yang berkelanjutan.

Oleh: Nurul Balqis Qurratu'aini_23020317140066_Agribisnis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun