Mohon tunggu...
Nurul Azmi
Nurul Azmi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pasca Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang

Ayo semangat menuntut ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Virtual Laboratory untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa

23 Juni 2021   23:00 Diperbarui: 23 Juni 2021   23:08 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Fisika dapat dipelajari melalui sebuah kegiatan penelitian dan pengamatan ilmiah secara langsung. Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yaitu menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingintahu siswa, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik kepada siswa yaitu dengan melatihkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains sebagaimana yang telah dinyatakan (Carin, 1993) adalah aktivitas pemikiran maupun tindakan dalam suatu pembelajaran penyelidikan untuk mencapai suatu hasil tertentu melalui serangkaian metode ilmiah. Keterampilan proses sains memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan (discovery) konsep.

Keterampilan proses sains yang terdapat pada kurikulum 2013 meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan/klasifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep dan mengomunikasikan. Depdiknas (dalam Wisudawati, 2014) menyatakan bahwa keterampilan proses sains dibagi menjadi dua kelompok, yaitu keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi. 

Mustafa Aydogdu dalam jurnal "Effect of Problem Solving Method on Science Process Skill and Academic Achievment" menyatakan bahwa keterampilan proses sains dasar meliputi mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasikan data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan pekerjaan dan menyimpulkan sedangkan keterampilan proses sains terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendeksripsikan hubungan antar variabel, merancang penelitian, melakukan penyelidikan/percobaan, menyusun data, menyusun grafik dan menganalisis data.

Hal ini sesuai dengan hasil dari observasi yang telah dilakukan untuk mengukur keterampilan proses sains, hasil yang didapatkan yaitu pada kegiatan mengamati sebesar 41,18%; merumuskan masalah sebesar 2,94%; menyusun hipotesis sebesar 52,94%; mengidentifikasi variabel sebesar 14,71%; menginterprestasikan data sebesar 35,29%; dan membuat kesimpulan sebesar 38,24%. Selanjutnya, dari data tersebut diperoleh persentase ketercapaian rata-rata yaitu sebesar 30,88%. Menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa khususnya pada pelajaran Fisika masih rendah.

Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains sangat perlu untuk dilatihkan kepada siswa agar meraka mampu mengkonstruksi dirinya sendiri. Melalui kemampuan dan potensi yang dimilikinya, siswa diharapkan mampu mencari, menemukan dan melatih dirinya sendiri dalam memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini guru dituntut untuk bisa merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang diharapkan dapat melatihkan kemampuan keterampilan proses sains pada siswa. Salah satu alternatif yang diharapkan dapat melatihkan keterampilan proses sains pada siswa yaitu dengan menggunakan virtual laboratory.

Pada saat ini pendidikan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan di era globalisasi. Baik guru maupun siswa keduanya tidak mempunyai batasan dalam menggunakan teknologi dalam pendidikan. Karena pada generasi ini teknologi sudah mengakar dan menjadi kebutuhan  sehari-hari dan digunakan di setiap hal. Salah satu penggunaan teknologi dalam pendidikan diterapkannya virtual laboratory.

Virtual laboratory merupakan simulasi komputer yang digunakan pada konsep pembelajaran Fisika. Fisika dipelajari melalui investigasi dan eksplorasi secara langsung oleh penggunanya. Manfaat virtual labooratory muncul ketika penggunanya dapat menginvestigasikan fenomena yang tidak teramati dan tidak ditemukan ketika melakukan investigasi menggunakan perangkat fisik. Virtual laboratory sebagai media pembelajaran berbasis komputer merupakan solusi untuk mensimulasikan kegiatan percobaan di laboratorium. Virtual laboratory dapat digunakan untuk mengatasi terbatasnya alat dan zat kimia pada praktikum dan juga dapat memberikan visualisasi bagaimana praktikum itu dilakukan. Adapun  kelebihan dari virtual laboratory yaitu lebih murah, aman dan cocok digunakan oleh siswa yang memiliki gaya belajar visual karena siswa dapat mengeksplorasi virtual laboratory sesuai kecepatan dan kebutuhan siswa.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun