Mohon tunggu...
DEWANDARU
DEWANDARU Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KKM 195 UIN Maliki Malang

Tentang Perjalanan KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) 195 Jedong - Sawun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wawancara Kelompok KKM 195 UIN Maliki dengan Petani dalam Melawan Kesmiskinan Ekstrim

31 Januari 2024   21:57 Diperbarui: 31 Januari 2024   22:04 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu, 21 Januari 2024, tiga perwakilan dari kelompok KKM 195 untuk melakukan wawancara edukasi mengenai mata pencaharian dan ekonomi di Desa Jedong, dengan fokus pada kegiatan berkebun. Dalam wawancara ini, dua narasumber utama yang diwawancarai adalah Bapak Suwoto dan Bapak Sugeng.

Narasumber pertama, Bapak Sugeng, berbagi pengalamannya memulai bercocok tanam pada tahun 2019. Ia menyebutkan bahwa awalnya bercocok tanam tanaman seperti jagung dan padi sangat menantang. Pendapatan dari pertanian jeruk, khususnya, mendapatkan penghasilan sekitar 50%, kesulitan saat menghadapi masalah seperti penyakit sabuk hitam, serangan hama, dan pengaruh cuaca, terutama pada musim hujan yang membuat jeruk rentan terhadap jamur. 

Meskipun sudah mengikuti sesi pelatihan dari kecamatan sekitar setahun yang lalu dan meraih hasil yang memuaskan, Bapak Sugeng mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir belum ada pendapatan atau pengeluaran yang signifikan. Sebagai pekerjaan sampingan, ia biasanya bekerja proyek atau merawat kebun tebu atau berpartisipasi dalam kegiatan orang lain. 

Distribusi jeruk dilakukan langsung kepada pengepul, di mana harga pasar cenderung fluktuatif. Bapak Sugeng juga menyebutkan bahwa sebagian tanahnya bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman lain, seperti padi, dengan panen setiap 7 bulan pada lahan seluas 5.500 m2. Namun, ia menyoroti kurangnya sosialisasi dari pihak desa terkait lahan yang lebih besar atau lebih kecil. Untuk bibit tanaman, Bapak Sugeng mengeluarkan biaya sekitar 10 ribu rupiah per batang, yang dibeli di daerah Batu.

Narasumber 2/Dokpri
Narasumber 2/Dokpri
Narasumber kedua, pak sugeng yang dimana beliau sudah berumur 55 tahun, termotivasi untuk memulai berkebun setelah melihat kondisi tanah yang sangat cocok untuk menanam jeruk manis di daerah Batu. Alasan utamanya memilih jeruk adalah karena satu kali penanaman bisa memberikan hasil hingga 15-20 tahun, dengan biaya yang stabil dalam 1-3 tahun pertama, terutama untuk pupuk dan kebutuhan lainnya. Modal awal yang dikeluarkan sekitar 3 juta rupiah untuk paralon dan air.

Lokasi 1/Dokpri
Lokasi 1/Dokpri
Pada hari Kamis, 28 Januari 2024, KKM 195 UIN Maliki tengah aktif dalam upaya promosi untuk bidang kemiskinan ekstrim. Dalam rangka tersebut, mereka telah menyiapkan media promosi berupa banner dan lokasi Google Maps untuk dua lokasi yang menjadi fokus. Lokasi pertama berada di toko Pak Suwoto, sementara lokasi kedua berada di toko Pak Sugeng, keduanya terletak di daerah Sawun.

Lokasi 2/Dokpri
Lokasi 2/Dokpri
Untuk melaksanakan tugas memasang banner dan mengintegrasikan lokasi di Google Maps, empat perwakilan dari kelompok telah ditunjuk. Mereka adalah Julfa, Isma, Fadhil, dan Gilang. Tugas mereka adalah memastikan promosi ini tersebar efektif dan mencapai sasaran dalam upaya mengatasi kemiskinan ekstrim di daerah tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun