Pada hari Minggu, 21 Januari 2024, tiga perwakilan dari kelompok KKM 195 untuk melakukan wawancara edukasi mengenai mata pencaharian dan ekonomi di Desa Jedong, dengan fokus pada kegiatan berkebun. Dalam wawancara ini, dua narasumber utama yang diwawancarai adalah Bapak Suwoto dan Bapak Sugeng.
Narasumber pertama, Bapak Sugeng, berbagi pengalamannya memulai bercocok tanam pada tahun 2019. Ia menyebutkan bahwa awalnya bercocok tanam tanaman seperti jagung dan padi sangat menantang. Pendapatan dari pertanian jeruk, khususnya, mendapatkan penghasilan sekitar 50%, kesulitan saat menghadapi masalah seperti penyakit sabuk hitam, serangan hama, dan pengaruh cuaca, terutama pada musim hujan yang membuat jeruk rentan terhadap jamur.Â
Meskipun sudah mengikuti sesi pelatihan dari kecamatan sekitar setahun yang lalu dan meraih hasil yang memuaskan, Bapak Sugeng mengungkapkan bahwa dalam tiga tahun terakhir belum ada pendapatan atau pengeluaran yang signifikan. Sebagai pekerjaan sampingan, ia biasanya bekerja proyek atau merawat kebun tebu atau berpartisipasi dalam kegiatan orang lain.Â
Distribusi jeruk dilakukan langsung kepada pengepul, di mana harga pasar cenderung fluktuatif. Bapak Sugeng juga menyebutkan bahwa sebagian tanahnya bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman lain, seperti padi, dengan panen setiap 7 bulan pada lahan seluas 5.500 m2. Namun, ia menyoroti kurangnya sosialisasi dari pihak desa terkait lahan yang lebih besar atau lebih kecil. Untuk bibit tanaman, Bapak Sugeng mengeluarkan biaya sekitar 10 ribu rupiah per batang, yang dibeli di daerah Batu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI