Assalamualaikum para orang tua dan calon orang tua.
Pasti bunda merasa sangat jengkel dan marah besar apabila anak bunda nakal dan apabila bunda menegurnya, mereka malah tidak mendengarkan, bahkan membantah bunda.
Bunda mungkin akan menyalahkan teman-teman anak bunda  karena bunda berpikir mereka yang mebuat anak bunda berani melawan Bunda. atau bahkan bunda akan mengatakan "Apakah itu yang diajarkan di sekolah kamu?", yah, lucu sekali tapi saya sering mendengar kalimat itu keluar dari mulut orang tua yang kesal karena anaknya bandel (Umumnya mereka adalah orang tua yang pendidikannya kurang). Well Bunda, teman sepermainan anak memang dapat berpengaruh pada tingkah laku anak, namun yang sangat besar peran dan pengaruhnya adalah lingkungan keluarga.
Bunda, anak bagaikan cermin atau kaca yang tipis, yang apabila ia berdebu maka bunda tidak boleh menggosoknya dengan kasar, Bunda harus mengelapnya dengan lembut. Saya menganalogikan anak sebagai kaca yang tipis karena memang setipis itulah perasaan dan pengetahuan anak-anak. jadi perlu bimbingan kita sebagai orang dewasa yang telah melewati masa itu.
Anak-anak memang dilahirkan dan dibekali oleh Allah kecerdasan, dengan kecerdasan itu anak-anak melihat dan mencontoh apa yang terjadi dalam keseharian dan lingkungannya. Anak-anak akan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang sering ia lakukan dan ia lihat di sekelilingnya. Contoh simpel saja, Jika bunda seringkali berteriak memanggil anak anda, maka jangan heran kalau anak bunda juga akan berteriak apabila membutuhkan sesuatu dan meminta bantuan bunda.
Hal tersebut serupa dengan masalah "Anak yang suka membantah pada orang tua". Â Saya sangat ingat sekali, waktu jaman saya masih kecil, apabila saya dimarahi oleh kakek saya, maka saya hanya diam dan memendam perasaan sakit hati saya. Namun jauh di dalam lubuk hati saya ada perasaan bergejolak untuk melawan dan membela diri. Seperti itulah yang dirasakan oleh anak anda, perasaan lelah karena pendapatnya tidak pernah didengarkan, selalu ditekan dengan perasaan bahwa dia selalu berbuat salah. Perasaan itulah yang berkecamuk dan akhirnya sang anak yang terbiasa mendengar bunda dengan nada keras dalam memarahinya, mencoba untuk berbicara lebih keras dari bunda yang sebenarnya tujuannya adalah agar bunda mau mendengarkan perasaanya.Â
Saya sedikit mengangkat kasus saya karena yang ingin saya sampaikan bahwa, Alangkah lebih baiknya untuk mengomunikasikan dengan anak dan bertanya mengapa ia melakukan kesalahan itu lalu kita sebagai orang tua menasehatinya dengan lembut dan memintanya agar tidak melakukan hal itu lagi melainkan melakukan hal sebaliknya (hal yang seharusnya ia lakukan agar tidak membuat kesalahan yang sama).Â
Bunda... anak bunda sewaktu bayi pasti sangatlah menggemaskan dan anda tidak akan tega memarahinya walaupun ia membuat anda lelah harus menggantikan celana dan popoknya setiap waktu, walaupun ia menumpahkan buburnya ke lantai. Jadi, salah satu tips agar bunda tidak mudah marah apabila anak melakukan kesalahan kecil, maka bunda harus selalu ingat betapa menggemaskannya anak bunda, anggaplah ia adalah bayi bunda yang harus selalu bunda arahkan dengan baik.
Saya bukanlah ahli pada bidang psikologi anak dan keluarga atau semacamnya, yang saya sampaikan adalah berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya terhadap lingkungan saya tinggal. Mungkin beberapa viewer dan bunda ada yang merasa kurang setuju dengan apa yang saya sampaikan mohon maaf yah Bunda :) mungkin bisa berikan saran dan krikitnya pada kolom komentar, agar menjadi perbaikan untuk saya kedepannya. Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H