Mohon tunggu...
Nurul Annisa
Nurul Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perempuan di Garis Depan Aksi Iklim: Strategi untuk Masa Depan Energi yang Berkelanjutan

20 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:19 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani wanita| Sumber: Oxfam in Indonesia 

Peran perempuan dalam transisi energi menuju keberlanjutan semakin krusial. Pada Juli 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menegaskan bahwa transisi energi adalah proses panjang untuk menekan emisi karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia menargetkan pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun, perjalanan menuju target ini memerlukan kontribusi semua pihak, terutama perempuan yang memainkan peran vital dalam berbagai program dan inisiatif energi.

Strategi Transisi Energi Adil dan Peran Perempuan
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa energi fosil masih akan dimanfaatkan sebagai sumber energi sementara selama masa transisi menuju energi bersih. Gas bumi dan batubara tetap menjadi andalan sebelum digantikan sepenuhnya oleh energi baru terbarukan (EBT). Dalam konteks ini, perempuan berperan penting dalam memperkenalkan teknologi CCS/CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage) dan pengembangan Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti elpiji.

Program Inovatif untuk Perempuan Petani
Berdasarkan laporan dari OXFAM Indonesia pada tahun 2023, perempuan petani memainkan peran sentral dalam mengadopsi teknik pertanian adaptif yang inovatif. Program ini membantu 151 petani beradaptasi dengan perubahan iklim melalui pendekatan pertanian terpadu, penggunaan pagar hidup, penerapan polikultur, dan teknik pengolahan tanah yang mengurangi emisi karbon. Selain itu, 45 petani di Kupang telah mengadopsi pupuk organik POC Plus, yang tidak hanya meningkatkan retensi kelembaban tanah tetapi juga mengurangi waktu yang diperlukan oleh petani perempuan untuk mengambil air.

Petani wanita| Sumber: Oxfam in Indonesia 
Petani wanita| Sumber: Oxfam in Indonesia 
Keterlibatan Perempuan dalam Proyek Keadilan Ekonomi
Program Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia bekerja sama dengan mitra seperti KOIN dan ASPPUK, fokus pada peningkatan keterampilan adaptasi perubahan iklim bagi produsen udang skala kecil. Melalui proyek GRAISEA2 dan Fair for All, perempuan didorong untuk aktif berpartisipasi dalam rantai nilai pertanian dan perikanan, serta mengembangkan praktik bisnis yang tahan terhadap perubahan iklim. Upaya ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga mendorong perempuan untuk membangun usaha yang berkelanjutan.

Perempuan dan Sektor Swasta
OXFAM Indonesia mempromosikan sektor swasta yang bertanggung jawab melalui advokasi adopsi dan implementasi United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights (BHR). PT Atina, salah satu mitra swasta, telah mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi perempuan dan adaptasi perubahan iklim. Ini termasuk regulasi perusahaan yang lebih peka terhadap gender dan perlindungan, serta pendekatan bisnis yang inklusif dan berkelanjutan.

Program ICDRC dan GRAISEA 2 untuk Masyarakat Pesisir
Proyek Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities (ICDRC) oleh OXFAM, yang berlangsung dari 2018 hingga 2023, fokus pada pemberian dukungan kepada masyarakat rentan, terutama perempuan. Proyek ini bertujuan meningkatkan mata pencaharian yang berkelanjutan dan berketahanan iklim. Program GRAISEA 2, yang mendukung kelompok masyarakat pesisir, juga memberikan dukungan kepada produsen udang skala kecil dan petambak udang perempuan di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, membantu mereka berpartisipasi aktif dalam peluang ekonomi yang tersedia dalam rantai nilai pertanian dan perikanan.

Komitmen Indonesia Menuju Net Zero Emissions
Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060. Langkah ini melibatkan peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan, pengurangan penggunaan energi fosil, dan penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi. Pemerintah juga mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menjaga stabilitas sistem energi. Perempuan, melalui berbagai program dan inisiatif, berada di garis depan dalam upaya ini, memastikan bahwa transisi menuju energi bersih tidak hanya berkelanjutan tetapi juga inklusif dan berkeadilan.

Dalam upaya mencapai Net Zero Emissions, penting untuk mengakui dan memperkuat peran perempuan. Mereka tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga dapat menjadi penggerak perubahan, berkontribusi pada keberlanjutan dan ketahanan iklim yang lebih baik bagi semua. Dengan dukungan yang tepat, perempuan dapat terus memimpin dalam menciptakan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun