Mohon tunggu...
Nurul Annisa
Nurul Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Propaganda Perang Balon 2024: Korea Selatan vs Korea Utara

4 Juni 2024   11:30 Diperbarui: 4 Juni 2024   11:42 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Free Press Journal

Perang Balon 2024 antara Korea Selatan dan Korea Utara merujuk pada eskalasi ketegangan yang baru-baru ini terjadi antara kedua negara, terutama dipicu oleh peluncuran balon berisi sampah oleh Korea Utara ke Korea Selatan. Insiden ini menyebabkan Korea Selatan menangguhkan perjanjian militer 2018 dengan Korea Utara.


Latar Belakang dan Propaganda
Pada Mei 2024, Korea Utara meluncurkan hampir 1.000 balon berisi sampah ke Korea Selatan. Selain itu, mereka juga mengganggu sinyal GPS dan meluncurkan rudal balistik jarak pendek yang membawa kotoran dan sampah. Tindakan ini diduga sebagai tanggapan atas selebaran anti-Pyongyang yang dikirim oleh aktivis Korea Selatan. Balon-balon tersebut mengandung berbagai jenis sampah, termasuk botol plastik, baterai, bagian sepatu, dan kotoran hewan.

 Tanggapan dari Korea Selatan
Kelompok sipil Fighters for a Free North Korea menyatakan bahwa mereka akan membalas dengan mengirim 200.000 selebaran dan 5.000 USB berisi drama korea dan lagu-lagu populer Korea Selatan, ke Korea Utara. Korea Selatan berencana akan mengirimkan  pada Hari Peringatan Korea Selatan, 6 Juni. Pemimpin kelompok ini, Park Sang-hak, menegaskan bahwa mereka akan mengirim pesan cinta dan kebenaran kepada saudara-saudara mereka di utara. Park juga menyebut tindakan Korea Utara sebagai bentuk ancaman dan pemerasan yang memalukan, dan mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan mengirim selebaran dan USB, jika Kim Jong-un meminta maaf atas balon sampah tersebut.

Reaksi dan Penangguhan Perjanjian Militer
Pada 1 Juni, Korea Utara mengumumkan akan menghentikan pengiriman balon berisi sampah, tetapi memperingatkan bahwa operasi tersebut akan dilanjutkan jika Seoul mengirim selebaran anti-Pyongyang ke Korea Utara. Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong-un, mengejek Korea Selatan karena mengeluh tentang balon tersebut, menyatakan bahwa warga Korea Utara hanya menggunakan kebebasan berekspresi mereka. Menanggapi provokasi ini, Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan memutuskan untuk menangguhkan perjanjian militer 2018 yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan di sepanjang perbatasan antar-Korea.

Dampak dan Analisis
Para ahli percaya bahwa Propaganda balon Korea Utara bertujuan untuk menciptakan perpecahan di dalam Korea Selatan mengenai kebijakan keras pemerintah konservatif saat ini terhadap Utara. Propaganda ini juga dianggap sebagai upaya untuk memperkuat posisi negosiasi Korea Utara dalam diplomasi masa depan dengan Amerika Serikat. Penangguhan perjanjian militer 2018 menunjukkan memburuknya hubungan antar-Korea, yang telah berada pada titik terendah sejak tahun lalu akibat meningkatnya uji coba dan pengembangan senjata oleh Korea Utara.

Insiden perang balon ini menggarisbawahi ketegangan yang terus berlanjut dan kurangnya kepercayaan antara kedua Korea, yang telah berseteru sejak akhir Perang Korea pada 1953. Tindakan-tindakan provokatif ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan konflik bersenjata terbatas di sepanjang perbatasan, terutama di Laut Barat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun