Langit Celesterra selalu gelap, bahkan di siang hari. Hanya sinar bulan yang menerangi langit Celesterra. Kota itu dipenuhi bangunan tua yang menjulang tinggi. Di tempat ini, penduduk hanya tau bekerja dan bertahan hidup.
Namun, salah satu pemuda yang tinggal di kota Celesterra menolak untuk terus berada di kota yang hanya dipenuhi kegelapan. Namanya Eddie, seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan yang sudah tua, Eddie sudah tinggal di panti asuhan sejak masih kecil.
Eddie berbeda dari penduduk Celesterra lainnya. Di matanya, langit tidak hanya gelap, ia sangat yakin diatas langit yang sangat tinggi terdapat tempat yang dipenuhi cahaya. Ketika dia menatap cakrawala, ada sesuatu yang berbisik pada dirinya "Diluar sana ada banyak hal indah yang menanti."
Setiap malam, Eddie keluar secara diam-diam dari panti asuhan dan memanjat atap yang tinggi untuk memandangi langit malam yang gelap gulita. "Apa mungkin ada dunia di luar Celesterra?" gumamnya suatu malam. Tetapi malam itu, sesuatu yang aneh terjadi.
Langit yang biasanya gelap memancarkan cahaya yang terang, tak membutuhkan waktu lama, cahaya itu hilang meninggalkan langit malam. Eddie terkejut, matanya membelalak melihat fenomena yang belum pernah ia saksikan seumur hidup. Di tengah rasa terkejutnya suara yang pernah dia dengar kembali membisikkan sesuatu.
"Eddie, datanglah ke Gerbang Astraea. Kunci ada di dalam dirimu"
Eddie tersentak. "Siapa itu?" tanyanya keras, tapi hanya keheningan yang menjawab. Namun, jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini bukan sekadar mimpi.
Keesokan paginya, Eddie bangun dengan tekad yang bulat. Dia tidak tahu di mana Gerbang Astraea itu, tetapi dia yakin harus mencarinya. Namun, untuk keluar dari Celesterra bukanlah perkara mudah. Kota itu dikelilingi tembok yang menjulang tinggi, dan penjaga selalu mengawasi gerbang utama. Mereka melarang penduduk keluar karena dunia luar dianggap penuh bahaya.
Di panti asuhan, Eddie mempersiapkan perjalanannya. Dia mengambil alat seadanya sebagai pelindung dan beberapa roti kering sebagai makanannya di perjalanan. Eris, seorang pengasuh di panti asuhan yang selalu memperhatikannya, mendekatinya.
"Eddie, kau mau pergi kemana?" tanyanya dengan suara lembut.
Eddie mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Aku... aku hanya ingin berjalan-jalan di luar."