Menghilang dan menyendiri di tempat pengistirahatan terakhir manusia. Duduk bersandar di salah satu batu nisan, entah siapa disitu. Larut menulis di buku yang selalu bersamanya kemanapun ia pergi.
Ia tidak benci berkumpul dan bersosial dengan teman-temannya, Ia hanya lebih menyukai kesendirian bersama sepi untuk merangkai kata-kata menjadi cerita yang menarik untuk dibaca.
Ibu asuhnya mengatakan, hampir setahun ia bersikap seperti ini, setiap hari, selesai belajar atau mengerjakan tugasnya, ia akan segera berlari ke komplek kuburan asing di belakang panti, membawa serta alat tulisnya.
Suatu hari, teman sekamarnya mengikutinya ke sana, bersembunyi di belakang pohon besar yang berjarak tidak jauh dan mengamati apa yang sebenarnya yang ia lakukan disana.
Dalam bosannya, temannya terkejut mendengar ia tertawa terbahak seorang sendiri. Lalu tiba-tiba terhenti karena ia menatap tajam ke arah temannya karena merasa diikuti. Sesekali ia memgangguk seperti setuju dengan lawan bicaranya tapu tidak terlihat seorangpun disana, hanya ia seorang.
Merasa tertangkap basah, temannya segera kembali ke panti dan menceritakan kepada Ibu asuh tentang apa yang dilihatnya.
Malam sesudahnya, ia dipanggil ke kantor kepala panti. Disana sudah ada ibu asuh dan temannya, ia menyangkal semua hal yang dituduhkan padanya.
Temannya tidak bisa membuktikan apa yang dilihat karena tidak ada saksi lainnya. Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia keluar dari sana dengan penuh kemenangan dan segera ke tempat favoritnya.
Seseorang berperawakan sama dengannya mencoba menggerakkan pensil dan menulis sesuatu pada buku, yaitu "Coimetrophile : kamu yang menyukai kuburan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H