Pernahkah anda iri dengan para pengguna kereta bawah tanah Shinkasen di Jepang? Kendaraan yang melaju dengan kecepatan 270 km/jam itu dapat menempuh jarak 552 km dalam tempo sekitar 2 jam 30 menit. Kendaraan itu juga tidak menimbulkan suara bising serta nyaman dan bersih. Lalu, bagaimana dengan angkutan umum di Jakarta?
Pemda DKI sering sekali menyerukan pada penduduknya untuk menggunakan angkutan umum untuk mengurangi kemacetan, tetapi nyatanya mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi. Mengapa demikian?
Jika kita lihat, Shinkasen adalah sarana transportasi yang cepat, nyaman, dan murah. Maka, wajar saja bila penduduk di Jepang lebih senang menggunakan sarana transportasi umum mereka dibandingkan memakai kendaraan pribadi mereka. Dengan menggunakan angkutan umum, kita bisa sampai di tempat tujuan tanpa menghabiskan banyak tenaga.
Lain halnya di Jakarta, angkutan umum sering sekali membuat frustasi para penggunanya. Cara menyetir yang ugal-ugalan, seringnya kondektur memaksakan muatan penumpang, kondisi tempat duduk yang kotor, serta tidak ramahnya pelayanan yang diberikan. Jujur saja, jika saya bisa mengendarai mobil, saya lebih memilih untuk menggunakannya dibanding menggunakan angkutan umum. Toh, sama saja waktu tempuh perjalanannya.
Seharusnya, sebelum Pemda DKI menyerukan menggunakan angkutan umum Jakarta, mereka harus membenahi dulu sarana transportasi yang ada. Misalkan lebih memperketat izin angkutan umum, mengganti kendaraan yang sudah tua, serta merazia supir angkutan umum yang ugal-ugalan. Buatlah para pengguna angkutan umum nyaman maka dengan sendirinya mereka beralih menggunakan sarana transportasi umum dan otomatis kemacetan di Jakarta bisa di atasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H