Mohon tunggu...
Nurul Alfiani
Nurul Alfiani Mohon Tunggu... -

UPM, HI 2010

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kartini Nggak Sampai Eropa!

15 Januari 2011   04:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:34 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku:Kartini Nggak Sampai Eropa

Penulis:Sammaria

Tebal Buku:236 Halaman

Tahun Terbit:2008

Penerbit:Gagas Media

Harga:Rp 26.000,-

Anti dan Tesa sudah tidak saling bertemu sejak lulus sekolah. Keduanya adalah remaja putri Indonesia yang mencoba menaklukkan dunia, khususnya Eropa. Anti melanjutkan studinya ke Perancis, sedangkan Tesa mengambil kuliah di Jerman.

Bagi mereka, jarak bukanlah hambatan untuk tetap saling berbagi cerita. Melalui e-mail, mereka bertukar ide, pendapat, dan argumentasi tantang banyak hal. Tentang pengalaman cintanya dengan para pria, tentang kebudayaan barat dan timur, tentang realitas social, tentang seks, dan bahkan tentang kepercayaan terhadap Tuhan.

Anti dan Tesa adalah dua dari sekian banyak gadis pintar Indonesia. Sambil mencoba menaklukkan Eropa, kedua gadis ini juga terus memperdalam pengetahuannya seraya menikmati masa muda. Meski terkadang memiliki pemikiran yang berbeda, tapi mereka justru menjadi dua orang sahabat yang saling melengkapi.

Tidak hanya pintar, Anti dan Tesa juga sama-sama gadis Indonesia yang haus akan tantangan, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, hobi berpetualang, berkebudayaan tinggi, dan berprinsip. Meski mereka tinggal di Eropa, mereka tidak lantas meninggalkan adat timur yang selama ini merekajalankan.

Hal itu terlihat jelas saat mereka mempertahankan prinsip ‘having sex after marriage’ meski di sana segala sesuatunya memungkinkan dan sex before marriage adalah hal yang biasa. Mereka berdua memang luar biasa. Semangat mereka tidak kalah tingginya dengan semangat Kartini di zaman dahulu. Ya, mereka adalah Kartini zaman modern. Kartini masa kini yang haus akan rasa ingin tahu. Kartini yang tidak takut untuk mempertanyakan apapun, meski pada akhirnya tidak semua pertanyaan memiliki jawaban.

Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Selain dari segi isinya yang mengangkat realita kehidupan pelajar beasiswa luar negri yang sedang terjadi pada zaman globalisasi, novel ini disajikan dalam bentuk e-mail, sama sekali tidak terlihat sebagai novel. Isi e-mail tersebut juga membahas hal-hal yang sedang ‘in’ di Indonesia. Kata-kata yang dilontarkan juga terkesan cuek, sarkas, namun tetap membuat kita bertahan sampai pada akhir halaman.

Namun, sangat disayangkan, novel karangan Sammaria ini terlalu banyak menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Sehingga, para pembaca yang kurang mahir bahasa Inggris tidak dapat memahami benar isi dari percakapan mereka dan akibatnya para pembaca kurang bisa merasakan konflik yang sebenarnya cukup menyentuh.

Membaca novel ini dapat membuat para generasi muda terpacu untuk memiliki semangat seperti Anti dan Tesa. Semangat untuk membangun Negara mereka, tidak peduli seterpuruk apapun Negara mereka. Atau sejelek apapun pemerintahan yang ada di Indonesia. Justru bagi mereka itu telah menjadi tantangan yang sangat menarik. There is a will, there is a way.

Seperti apa endingnya? You’ll never know until you read it till the last page! It’s so unbelievable!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun