Mohon tunggu...
Nurul Afifah
Nurul Afifah Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Peta Konsep Hidupku

21 Oktober 2024   09:18 Diperbarui: 21 Oktober 2024   09:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Eiyoo!! Kenalan yuk! Aku Nurul Afifah. Sedari kecil orang tuaku telah menetapkan panggilanku sebagai Afifah. Pertama kali muncul ke dunia di suatu daerah bernama Lubuk Tarok pada hari Minggu tanggal 4 April 2010. Keluargaku berdomisili di Sijunjung sehingga sebelum masuk asrama aku juga tinggal dari sana.

Takdir telah mempertemukan kedua orang tuaku sehingga mereka menikah pada hari Jum'at 13 Januari 2006. Pasangan yang saling melengkapi ini kupangil dengan sebutan papa dan mama.

Papa lahir pada tanggal 6 Agustus 1975 dan nenek memberinya nama Aprizal.Profesi papa saat ini ialah sebagai karyawan swasta di PLN. Papa punya keinginan kuat agar anak-anaknya suatu saat nanti dapat menjadi orang sukses melebihi dirinya. Sehingga membuat sikap tegas papa tidak terlihat mengherankan di mata kami, anak-anaknya. Namun, di sisi lain papa punya pribadi lembut dan humoris. Tak pelak kepribadianku yang receh ini adalah turunan papa. Tak ada batasan darinya tentang cara kami mengekspresikan diri sendiri selagi masih dalam batasan wajar.

 Sedangkan mama telah diberi nama Mesrawati sejak 18 April 1979. Kemudian, setelah menyelesaikan studinya sebagai perawat, mama menambahkan gelar di belakang dan depan namanya menjadi Ns. Mesrawati, S.Kep. Untuk saat ini mama melaksanakan dinas di RSUD Ahmad Syafii Maarif Tanah Badantung. Mama panutanku, ia menjadi titik acuan hidupku selama lebih dari 14 tahun aku menyinggahi dunia. Seperti papa, mama juga tak pernah membatasi ruang gerak anak-anaknya. Ia melepas anak-anaknya untuk terbang begitu jauh karena ingin kami menggapai hal-hal yang kami impikan.

Dalam keluarga kecil kami aku berperan sebagai anak bungsu dan memiliki seorang kakak laki-laki. Nama lengkapnya Fauzul Azmi, kupanggil  ia dengan sebutan Bang Ajul. Sebelas bulan setelah orang tuaku menikah, ia menjadi anugerah pertama dalam hidup papa dan mama. Sifatnya yang tengil dan jahil memang mengesalkan tetapi aku tahu ia berusaha menjadi abang yang baik. Dulu kemanapun ia pergi sudah menjadi kebiasaanku untuk mengikutinya selalu. Setelah beranjak remaja, kami dipisahkan jarak karena aku disekolahkan secara asrama. Namun, hubungan kami tak mungkin bisa merenggang hanya karena sebuah jarak. Saat kami bertemu kembali jarak itu malah mempererat hubungan kami.

Sejak zaman buyutku, kami sekeluarga telah memeluk agama Islam. Papa selalu shalat tepat waktu dan menjadi imam di rumah. Mama juga yang mengajarkanku untuk membaca Al Quran setiap malam.

Aku jatuh cinta pada hal yang orang-orang sebut dengan membaca dan menulis. Keduanya begitu serasi. Setelah membaca banyak hal aku akan kembali menuliskannya dalam bentuk sastra tulis seperti puisi ataupun sebuah cerita yang tak pernah kubagikan dengan siapapun. Dalam keluargaku belum pernah mengalir darah penulis, sehingga mama bilang bahwa aku mendapatkannya karena terlalu banyak membaca. Yah, setidaknya suatu saat aku ingin memberanikan diri untuk berbagi hal yang selama ini hidup bersisian dengan pribadiku.

Di samping itu, aku punya mimpi yang lebih tinggi. Mimpi yang telah kurangkai sejak aku mengerti bahwa hidup selalu memiliki tujuan. Sejak kecil, aku ingin sekali menjadi seorang dokter. Seiring bumi berputar, mimpi itu terus berubah dan pada akhirnya kuputuskan untuk merangkai asa pada profesi Ahli Bedah Jantung. Inspirasi ini muncul karena kekagumanku pada profesi mama dan ante yang memang bekerja sebagai tenaga kesehatan.

Sadarku bahwa mimpi tersebut memang terlalu tinggi untuk digapai. Bukan berarti menyerah, namun kusiapkan rencana cadangan jika memang suatu saat mimpi itu harus kukubur. Hidup harus tetap berjalan dan oleh sebab itu kutanam asa selanjutnya pada profesi Diplomat. Kupikir mungkin akan menyenangkan jika bisa mengelilingi negeri asing sembari membahas keadaan dunia.

Jika tak juga kudapatkan, aku masih bisa memupuk asa pada kegiatan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal yang mungkin terlihat biasa saja tapi setidaknya bagiku berharga.

Selama mengisi waktuku sebagai balita, mama menitipkanku di PAUD dekat tempat mama bekerja dulu. Saat itu umurku kurang dari empat tahun, dan tak banyak yang bisa menyinggahi ingatanku. Hanya satu yang kuingat, yaitu perasaan saat pertama kali aku mengetahui bahwa di dunia ada orang yang disebut teman.

Tahun berikutnya, umurku kurang dari lima tahun. Aku menyelesaikan masa balita dan menjadi seorang kanak-kanak. Papa mengantarkanku ke sebuah Taman Kanak Kanak di sebelah masjid bernama Al-Ihsan. Sekali lagi, dunia memberitahuku bahwa tak semua orang bisa menjadi teman. Tak banyak yang kuingat setelah itu.

Kutempuh pendidikan di Sekolah Dasar selama kurang lebih enam tahun. Tentu saja cukup membuatku mengumpulkan pengetahuan dasar dan pengalaman menjadi seorang anak-anak. Banyak kenangan indah yang kurasakan dan jika bisa tak mau dilepaskan. Namun, tersadrkan oleh realita bahwa sekali lagi hidup harus tetap berjalan.

Lingkungan tempatku tinggal kurang cocok untuk mendidik akhlakul karimah. Oleh karena itu mama dan papa menyarankanku untuk sekolah di luar kota. MTsN Padang Panjang menjadi pilihanku. Alhamdulillah aku diterima jalur asrama. Banyak pahit manis yang kujalani selama di asrama. Karena tak mampu bersaing lebih serius, peringkatku selama di SD pun tak bisa dipertahankan. Namun, allhamdulillah nya juga aku menjadi lebih berkembang. Satu hal yang hingga saat ini masih sulit untuk diadaptasi adalah jalan pikir banyak manusia yang beragam dan terkadang menurutku aneh.

Mengenai SMA, aku berencana untuk masuk SMAN 1 Padang Panjang. Alasannya lebih lebih karena SMANSA adalah sekolah favorit di SUMBAR saat ini. Untuk mewujudkan banyak impian yang tinggi, kupikir memilih sekolah favorit adalah jalan terbaik. Sekolah itu dipenuhi oleh anak berprestasi dan banyak saingan yang tak mudah ntuk dikalahkan. Oleh karena itu juga aku harus mulai berusaha keras dari sekarang .

Suatu saat nanti, demi mewujudkan masa depan sendiri aku ingin melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan. Tentu saja nama Universitas Gadjah Mada terdengar indah. Banyak orang yang menautkan harapan mereka di universitas ini. Salah satunya adalah diriku. Fakutas kedokteran UGM benar-benar sebuah mimpi yang ingin kuwujudkan. Kupikir pasti menyenangkan jika menjalani hari-hari berat perkuliahan dengan teman berbeda namun tujuannya sama. Orang tuaku memberi restu, dan selanjutnya tergantung seberapa besar usahaku memasuki kehidupan baru lagi.

Jika seandainya UGM tak  bisa kuraih, UNAND Padang adalah target selanjutnya. Kampus yang bisa dibilang terletak di tempat sejuk ini, sebenarnya dulu pilihan pertamaku. Namun, setelah pertimbangan yang lama, universitas ini beralih menjadi pilihan kedua. Sebab jika dipikir lagi, UGM terasa lebih baik daripada UNAND. Tetap saja jika Allah tidak mengizinkan, ingin sekali rasanya aku melanjutkan kuliah di UNAND.

Soekarno pernah berkata "Bermimpilah setinggi langit dan jika kau terjatuh, kau akan terjatuh diantara bintang-bintang." Kata-kata tersebut membuatku tak pernah takut untuk bermimpi. Targetku menyelesaikan studi hingga profesi menjadi dokter sekitaran umur 24 tahun. Mimpiku menjadi Ahli Bedah Jantung belum akan tercapai, dan yang kulalui hanyalah permulaan dari panjangnya perjalanan sebenarnya. Aku tak akan langsung mengambil spesialis, mungkin selama dua tahun beristirahat. Di antara waktu-waktu tersebut aku ingin mencari lebih banyak pegalaman dan mungkin berharap untuk dipertemukan dengan lelaki yang tepat. Dengan siapa? Entahlah, kuharap ia adalah orang baik.

Kuharap bisa menikah di umur 25 atau 26 tahun. Setelah menikah mungkin aku ingin kembali beristirahat sebentar. Menghabiskan waktu dengan keluarga tercinta. Jika ditanya ingin punya anak berapa, aku tak bisa menjawab. Keinginanku hanya memiliki keluarga yang normal dan hingga akhir terus bersama. Dulu sempat terlintas dipikaranku ingin punya anak kembar.

Jika suami mengizinkan di umur 32 tahun aku ingin melanjutkan pendidikan dan mengejar mimpi menjadi seorang Ahli Bedah Jantung. Setelah selesai dan menjadi sukses sebagai dokter bedah, aku ingin membawa kedua orang tuaku ke tanah suci. Jika rezeki, aku akan mengajak keluarga kecilku juga.

Impianku terus berlanjut, mungkn ketika umurku menginjak angka 48 tahun atau 50 tahun, di sela sela kegiatan sibuk aku ingin mengunjungi banyak negara bersama kedua orang tua dan keluarga kecilku. Salah satunya adalah Negeri Pecahan Es alias Kanada. Banyak tempat-tempat di Kanada yang menarik. Begitu juga dengan banguna-bangunan tuanya.

Ketika waktu terus berjalan, anak-anakku beranjak meninnggalkan rumah mengarungi lautan jahat yang disebut dunia. Usiaku mungkin  sudah mencapai kategori tua. Juga orang tua ku mungkin sudah tiada. Tinggal lah aku menikmati masa-masa tua bersama suamiku. Pilihanku akan pulang ke kampung halaman atau menetap di suatu tempat yang asri di tengah kota, berkebun, menulis, dan merawat beberapa hewan peliharaan.

Laun lambat ajal pasti akan datang tanpa manusia ketahui pastinya. Kisaran umur 60 hingga 70 tahun aku ingin meninggalkan dunia dengan tabungan amal yang sudah melebihi cukup. Tanpa penyesalan, tanpa beban, dan saat telah mewujudkan semua mimpiku. Untuk mimpi-mimpi yang tak sempat kuwujudkan, akan kuikhlaskan. Semoga kelak aku dipertemukan di surga bersama orang-orang yang kucinta.

Sekian tentang perencanaan hidupku. Semoga semua mimpi yang kita inginkan tewujud dengan benar, dan jika tidak semoga kita terjatuh di antara bintang-bintang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun