Virus Covid-19 telah menyebar di Indonesia sejak bulan April tahun 2020. Namun hingga saat ini, penyebaran virus Covid-19 tidak menunjukan angka penurunan. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca dan faktor kesadaran setiap individu yang semakin melemah.
Pemerintah juga turut ambil andil dalam menekan penyebaran virus dengan menerapkan protokol kesehatan berupa memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.
 Selain protokol kesehatan, hal lainnya adalah penerapan PSBB yaitu pembatasan sosial berskala besar di beberapa daerah di Indonesia. Data terakhir menunjukan angka 858.043 kasus orang terinfeksi Covid-19 berdasarkan data pemerintah pada hari Senin, 13 Januari 2021 kemarin. Kemungkinan angka infeksi terus meningkat apabila tindakan pencegaran dan kesadaran terhadap protokol kesehatan melemah.
Kasus Covid-19 bukan pertama kalinya yang menyerang Indonesia. Melihat kembali masa lampau, lagaknya ada beberapa penyakit yang pernah menyerang di Nusantara seperti wabah pes, virus Spanyol, wabah penyakit dada, dan sebagainya.Â
Dalam bukunya "Asia dalam Kurun Niaga 1450-1680, Anthony Reid mengatakan penyebaran penyakit-penyakit ini bisa melalui media perdagangan yang terhubung di wilayah maritim. Seperti yang di ketahui, Nusantara menjadi tempat lalu singgah para pedagang dari berbagai negara.Â
Sehingga terjadk interaksi antara satu sama lain dari para pedagang dan para pribumi. Selain itu, faktor iklim, cuaca, pola pemukiman, cara orang-orang membersihkan diri juga menjadi daya sabar penyakit di Nusantara.
Salah satu kasus wabah penyakit yang terbesar yang pernah menjalar di Nusantara adalah Wabah Penyakit Dada yang terjadi di tanah Jawa pada kurun waktu 1625-1628. Penyakit ini berupa serangan pada dada khususnya di daerah paru-paru sehingga menyebabkan kesulitan bernafas dan rasa sakit di dada.Â
Orang yang terinfeksi akan mengalami sesak nafas dan nyeri di bagian dada. Penyakit ini mulai terindentifikasi sekitar tahun 1625 semenjak terjadi perang saudara, cuaca panas yang panjang, kelaparan, dan kemiskinan melanda beberapa daerah di Tanah Jawa.
Wabah penyakit dada ini mengakibatkan penurunan drastis populasi di Tanah Jawa karena banyak korban yang berjatuhan akibat wabah ini. Seperti yang dikatakan sejarawan Claude Gulliot dalam bukunya yang berjudul "Banten : Sejarah dan Peradaban Abad X - XVII" mencatat 1/3 penduduk Banten tewas akibat wabah ini.Â
Anthony Reid juga menambahkan, Jawa Tengah juga kehilangan 2/3 penduduknya akibat wabah penyakit ini juga. Banyakkya korban berjatuhan merupakan penderitaan yang berat yang menjadi nasib buruk Tanah Jawa. Ditambah lagi perang saudara yang tak kunjung usai, kemiskinan juga melanda, serta cuaca kemarau yang panjang menambah daftar lengkap penderitaan yang dialami penduduk di Tanah Jawa.
Diketahui wabah penyakit dada sudah menyerang di negara-negara Eropa seperti Inggris, Amsterdam, dan London pada tahun 1625. Hal serupa juga dialami banyak korban berjatuhan akibat wabah ini.Â