Mohon tunggu...
Nurul Amin
Nurul Amin Mohon Tunggu... -

Saya hanya orang iseng yang selalu ingin curhat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Pernah Ada) Kisah Lucu antara Aku, H. Asep, dan Guru Haril

28 Agustus 2012   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat Halalbihalal IKAA, Minggu, 26 Agustus 2012, kemarin lusa, saya bertemu H. Asep Sofyan Hariri. Saat itu, saya langsung teringat sebuah cerita lucu yang melibatkan beliau. Cerita ini juga menjadi pelajaran bagi saya untuk tidak sembarang memahami ucapan orang lain yang konotatif. Cerita ini terjadi antara tahun 2000 s.d. 2006 saat saya masih mengajar di Pondok Pesantren Attaqwa Putra.

Suatu hari pada Minggu pagi di Aula Serbaguna Pondok Pesantren Attaqwa Putra, pertandingan bulutangkis ganda putra sedang berlangsung. Seinget saya, H. Asep berpasangan dengan Ustaz Mardi dari Kampung Asem melawan pasangan Ustaz Syakir dengan Pak Mardi yang salesman buku LKS (Klo ga salah :)). Saya memang sengaja datang untuk memenuhi undangan H. Asep untuk bermain.

Selesai bertanding, H. Asep menghampiri saya.

"Gimana, Pak Amin? Udah beli raket?" tanya H. Asep.

"Udah. Ustaz Asep beli raket berapaan?" jawab saya balik bertanya.

"Saya mah beli yang murah, Pak, yang 65. Pak Amin beli yang berapa?" ucapnya.

"Sedikitlah di atas itu, yang 75," jawab saya dengan senyum sumringah.

"Wah, bagus dong. Ya udah, langsung main aja. Saya mau ambil minum dulu, ya?" ucap H. Asep lagi.

Saya hanya mengangguk.

Saya tidak langsung bermain karena belum pemanasan. Maka saya pun berinisiatif untuk meregangkan badan. Tidak berapa lama kemudian, datanglah Guru Haril Rosyadi. Beliau langsung mengajak saya pemanasan dengan memukul bola di pinggir lapangan. Saat itu, saya melihat raket Guru Haril. Raketnya bagus. Pantulannya cepat dan terarah.

"Guru, raketnya bagus! Belinya berapa?" tanya saya penasaran.

"Saya mah beli yang murah, cuma 45. H. Asep tuh yang raketnya bagus. Harganya lebih mahal dari raket saya," jawab Guru Haril.

Sejenak saya tertegun dan membiarkan bola mengenai tubuh saya. Dalam hati saya menerawang, jangan-jangan angka 65 yang disebut H. Asep berarti Rp650.000,00, angka 45 yang disebut Guru Haril berarti Rp450.000,00.

"Gile, mati gue!" umpat saya dalam hati. Angka 75 yang saya sebut hanya berarti Rp75.000,00.

Mmmmaaaalllluuuuuuuu....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun