Tim Pengabdian Qoryah Toyyibah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan pelatihan pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah menjadi sabun cuci piring untuk santri di Pesantren Mambaul Hikam, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tim Pengabdian yakni Rifatul Mahmudah, M. Si, Nurul Shofiah, M. Pd, dan dua Mahasiswa selaku pembantu Lapangan yakni Muhammad Finan dan Yushinta.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan diskusi tentang pentingnya menjaga lingkungan aktifitas domestik akan menghasilkan limbah sehingga memberikan dampak pencemaran salah satunya adalah limbah minyak jelantah dan begaimana agar kreatif dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari aktifitas domestik tersebut untuk meningkatkan nilai ekonominya. selanjutnya, kegiatan dengan melakukan praktik langsung proses penjernihan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci , serta praktik proses pembuatan sabun cuci dengan menggunakan tiga metode.
Rifatul Mahmudah, M.Si selaku ketua pengabdian menjelaskan bahwa minyak jelantah yang tidak dimanfaatkan secara bijak atau dibuang sembarangan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Apabila dimanfaatkan untuk membuat suatu produk yang bernilai ekonomis, akan mendukung program unggulan pesantren Mambaul Hikam yakni mendukung kreatifitas santri untuk berjiwa wirausaha.Â
"Minyak jelantah ini dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku pembuatan sabun dengan terlebih dahulu dilakukan penjernihan/pemurnian pada minyak jelantah" tuturnya
Dalam pemaparannya, tahapan pemurnian minyak jelantah meliputi tiga tahap proses yaitu penghilangan bumbu (despicing), netralisasi, dan pemucatan (bleaching). Tahap pertama, penghilang bumbu (despicing) dilakukan dengan memanaskan minyak jelantah dengan aquades pada suhu 100C dengan volume 1:1 sampai volume aquades berkurang menjadi setengah dari volume awal. Setelah pemanasan selesai, komposisi minyak dan air kemudian diendapkan dan dipisahkan. Tahap kedua, Netralisasi. Netralisasi merupakan proses mereaksikan minyak jelantah dengan dengan larutan basa seperti kalium hidroksida (KOH) dan Natrium hidroksida (NaOH) yang membuat warna minyak jelantah menjadi lebih jernih dan menurunkan nilai asam lemak bebas (FFA). Â Tahapan ketiga, Pemucatan (bleaching). Pemucatan (bleaching) dilakukan dengan memanaskan minyak hasil netralisasi hingga suhu tinggi dan menambahkan adsorben seperti karbon aktif, ampas tebu, kulit jeruk dll. Dalam pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan adsorben kulit jeruk.
Kegiatan selanjutnya, proses pembuatan sabun cuci  dengan memanfaatkan minyak jelantah. Dalam praktiknya, santri dibagi menjadi tiga kelompok untuk membuat sabun cair, sabun padat dengan metode hot process dan cold process. Selanjutnya santri mempresentasikan hasil dan proses pembuatannya kepada kelompok lain.
 "Tujuan membentuk tiga kelompok ini agar santri memiliki pemahaman variasi pembuatan sabun cuci sehingga dapat memilih dan mengembangkan versi mereka sendiri" imbuh ifa, sapaan akrabnya
Kegiatan ini mendapat respon baik dari santri dan guru di Pesantren Mambaul Hikam, Jombang, Jawa Timur, karena mereka mendapat penguasaan dengan tiga metode pembuatan sabun cuci yang memiliki perbedaan proses dan hasilnya. Salah satu peserta, Jawahir mengaku tertarik mengikuti kegiatan ini karena memanfaatkan minyak jelantah sebagai sabun cuci dapat menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir pencemaran lingkungan dan dapat menjadi sumber ekonomi. Dari kegiatan ini, diharapkan santri dapat meningkatkan ketrampilan wirausaha dan memanfaatkan limbah minyak jelantah di pesantren Mambaul Hikam, Jombang sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian lingkungan.