Nabi Muhammad SAW telah memberikan teladan yang baik untuk umatnya. Teladan yang utama dalam hubungannya dengan Alloh SWT maupun hubungannya dengan manusia. Hubungan sifat yang pribadi misalnya puasa, ibadah haji hanya dilakukan oleh umat Islam yang mampu secara kebendaan maupun fisik dan psikisnya. Sementara itu berkorban adalah dimensi sosial dan hubungan immaterial.
Ketika umat Islam melaksnakan ibadah korban yang berupa Sapi, Unta, Korban, hingga Kambing hanya dagingnya yang akan dibagikan ke tetangga sekitar. Namun di Kudus lokasi  yang tidak jauh dari tempat tinggal saya, di sana  masyarakatnya lebih banyak memanfaatkan kerbau sebagai korban. Meskipun sekarang banyak yang sudah beragama Islam tetapi menilik perjuangan Sunan Kudus saat itu yang mengharagai masyarakatnya yang sudah lebih dahulu beragama Hindu maka beliau menyarankan Kerbau saja sebagai korbannya.
Keikhlasan untuk berkorban itulah yang lebih diutamakan dalam bentuk keyakinan hanya Alloh sajalah kelak akan menggantikannya. Memilih alternatif hewan korban yang nilainya sama dengan Hewan korban yang biasa dilakukan mungkin lebih baik. Terlebih saat ini sedang marak adanya penyakit yang menyerang mulut dan kuku pada  hewan terkhusus sapi.
Menilik contoh dari Sunan Kudus yang bisa mengganti jenis hewan untuk berkorban, Â maka sudah selayaknya korban di saat ini saat ini pun umat Islam lebih memikirkan dan bersikap lebih bijak ketika berkorban dengan lebih ketat lagi dan menaati rambu-rambu kesehatan hewan yang boleh dan tidak boleh.
Hewan yang diberikan untuk berkorban pastilah sudah memenuhi unsur-unsur kesehatan baik dari usianya maupun yang mellingkupi kesehatannya. Minimal hewan yang telah berusia dua tahun menjadi tolak ukur yang menjadi kesepakatan ulama. Kemudian sehat pun tidak mengalami cacat tubuh maupun sedang menderita suatu penyakit baik mulutnya maupun kukunya.
Di masyarakat Indonesia tempat memotong atau menyembelih baik kambing, sapi, maupun kerbau pada jamaknya di lakukan di sekitar masjid utama/jami'. Dan yang menyembelih hewan terutama sapi biasanya adalah jagal profesioanl yang memang diundang untuk meyembil korban. Â Untuk hewan kambing biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memang berani melakukannya.
Mungkin kesan pertama yang muncul ketika melihat begitu antusias masyarakat terutama umat Islam adalah begitu meriahnya suasana Idul Adha karena banyaknya masjid Jami' yang memotong hewan Korban. Bahkan kadang juga sekolah, instanasi pemerintah, instansi swasta ramai-ramai sepertia tidak mau kalah dengan masjid di masyarakat yang menyembelih sapi ataupun kambing.
Dahulu kala ada yang pernah mempunyai usul agar penyembelihan hewan korban di  serahkan tempat-tempat pemotongan hewan, niat yang baik sebenarnya. Tetapi melihat tempat pemotongan hewan hanya terbatas maka kewalahan juga tempat tersebut menerima hewan yang akan disembelih. Karena maunya masyarakat ketika menyembelih korban ya harus pada hari raya lebaran itu. Padahal bukankah hari untuk melaksanakan korban cukup lama, yaitu satu minggu.
Fungsi dalam berkorban adalah untuk menjembatani antara orang Islam yang berada dalam sisi ekonomi dan kurang berada. Sehingga ketika orang yang lebih berada merelakan sebagian hartanya untuk membeli seekor sapi maka di sana sudah beredar uang yang lumayan banyak. Dari mulai pemilik sapi hingga penjual arang kayu untuk membakar sate.
Pendidikan ke arah  sikap lebih taqwa adalah fungsi lain dari berkorban. Bukannya daging atau bentuk sapi, bentuk kambing, atau bentuk padat lainnya yang sebenarnya ingin disampaikan kepada Alloh tetapi adalah bentuk amal mendekatkan diri dari spirit terdalam agar lebih dekat dengan Sang Khalik. Imajinasi yang bisa disusun adalah ketika anak dekat dengan orang tua, pastilah orang tua akan lebih sayang kepada anaknya. Dan ketika sang Pencipta berkenan dengan keikhlasan kita tiada lagi yang diharapkan adalah Dia akan menyayangi kita.