BWF (The Badminton World Federation) tidak menunjukkan sikap sportif pada pertandingan All England tahun 2021 ini. Sebagai wadah para pebulu tangkis dunia dan organisasi pebulu tangkis negara-negara yang bernaung di dalamnya seolah-olah melakukan permainan tidak adil terhadap pemain dan official Indonesia. Mendiskualifikasi pertandingan pebulu tangkis Indonesia karena satu pesawat dengan orang yang dicurigai terkena Covid-19 apalagi kalau bukan unfair.
Pebulu tangkis Indonesia sudah dinyatakan negatif Covid-19 sebelum berangkat untuk pertandingan akbar tahunan ini. Hanya gegara dalam pesawat ada satu penumpang yang disangkakan mengalami gejala seperti covid-19 maka gugur test yang dilakukan sebelumnya. Dengan demikian regulasi satu negara bisa saja tidak diakui oleh negara lain.
Ataukah ada maksud lain dengan mendiskualifikasi pemain-pemain Indonesia yang sudah siap dengan All England tahun ini, karena pemain China dan Korea tidak mengirimkan pesertanya sehingga kans Pemain Indonesia untuk menjadi juara di bagian ganda putra, tunggal putra, ganda campuran, bahkan ganda putri, maupun tunggal putri pun bisa menjadi juara sangat terbuka. Jikalau niatan seperti itu BWF sudah tidak professional lagi.
Sebagaimana cuitan Anthony Sinisuka Ginting @sinisukaanthony Sebagai atlet pasti sedih, kecewa, dan yg pasti down dengan keputusan yang dibuat @bwfmedia, tapi yg menjadi cocernnya dan perturan yg mencakup semua peraturan tiap negara tentang covid ini. Karena kita bertanding di berbagai negra yg...
......
masih ada utasnya lain lagi, yang pasti semua atlit akan merasakan hal yang sama. Yaitu kecewa yang luar biasa. Bagiaman tidak, latihan panjang yang memang  diperuntukkan pertandingan agar mencapai performance peak saat All England menjadi sia-sia.
Segala prasangka, stigma, bahkan kata kasar cenderung kasar sudah berseliweran di media sosial milik BWF kali ini. Bahkan media internasional pun menjadikan kejadian ini sebagai topik berita. Mungkin baru kali ini seluruh pemain di suruh meninggalkan lapangan atau bahasa lainnya diusir, hanya untuk untuk tim kebanggaan Indonesia.
Istilah kalah sebelum bertanding pun sangat tidak pantas untuk disematkan pada mereka. Karena adagium diberlakukan untuk orang yang tidak berani melokoni pertandingannya karena merasa pasti akan kalah. Kalau bukan kesalahan panitia karena tidak memberlakukan semua peserta sama dengan Indonesia, adanya keinginan lain agar sekali-kali negara di Eropa bisa menjadi juara pada even yang prestisisius di olah raga teplok bulu ini setelah sepak bola tentunya.
Menyiapkan Prosodur Nonteknis Ketika Bermain Di Luar Negeri Selama Masa Pandemi
Sepuluh hari tim All England Indonesia harus melakukan karantina di hotel, artinya jika masa itu berlalu turnamen pun juga berlalu. Kerugian tidak hanya material tetapi juga psikis menjadi drop. Namun ada baiknya juga selama dalam masa karantina di negeri orang para atlet bulu tangkis dan official bisa mebuat suatu langkas teknis yang berkaitan dengan hal hal diluar teknis permainan.
Untuk menghargai suatu keputusan dari suatu badan tidak perlu melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya dengan memboikot seluruh pertandingan BWF series. Disamping merugikan tim merah putih, atlet pun akan tidak akan terasah permainan yang harus selalu tampil konsisten untuk menatap olimpiade. Cukup dilakukan oleh kementrian luar negeri karena hal itu berkaitan dengan kebijakan pemerintah Inggris yang menyamaratakan seluruh pemain dengan publik umumnya.
Menyewa pesawat pribadi, bukankah hal itu bisa saja dilakukan untuk mendatangi suatu turnamen. Disamping bisa mengurangi kontak dengan orang yang berada di luar tim, bisa juga menggunakan waktu untuk lebih datang sesuai dengan schedule yang ditetapkan. Atau bisa juga datang lebih lama di negara yang masih menajalankan isolasi Covid-19. Sehingga jikalau dinyatakan oleh negara yang bersangkutan sebagai orang dengan gejala Covid masih bisa mengisolasi di negara tersebut. Dengan demikian tidak akan ketinggalan momen pertandingan.
Melakukan Hak Jawab
Perlakuan tidak sportif sperti ini memang tidak seharusnya tidak terjadi dalam dunia olah raga. Terlebih dalam perhelatan Bulu Tangkis yang  kali pertama diadakan tahun 1899. Sudah 132 tahun dilombakan All England tentunya sejarah sudah mencatatnya sebagai suatu pertandingan yang sudah sangat tua. Tentunya bisa mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan teknis maupun nonteknis.
Untuk kejadian seperti ini mau tidak mau menyeret kebanggaan negara, nama negara yang berdaulat, tidak bisa dianggap sebagai angin lalu. Meminta jawaban langsung dari BWF dan negera Inggris adalah tindakan yang sangat logis. Jikalau alasan pendiskriminasian pemain itu bisa diterima nalar sehat maka para pemain dan official tim All England khususnya dan masyarakat Indonesia  harus bisa menerima. Namun jika alasan yang dikemukakan hanya mengada ada maka protes yang lebih keras pun harus dilayangkan kepada otoritas bulu tangkis dunia tersebut.
Misalnya saja karena alasan pemain ganda Inggris di partai awal dikalahkan oleh pemain ganda Indonesia menjadi penyebabnya maka hal itu sangat lucu jika dijadikan alasan pendiskualifikasian para pemain Indonesia dengan berlindung di bawah hukum negara yang mengharuskan orang melakukan isolasi mandiri karena berada di sekitar orang yang terkontaminasi Covid-19. Â