Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tumpengan, Cara Sederhana Menghargai Pahlawan

10 November 2020   20:10 Diperbarui: 10 November 2020   20:28 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : emakmbolang.com

Mengenang beribu-ribu rakyat yang membela negara tercinta Indonesia namun hingga kini  belum sempat dimakamkan secara layak. Mendoakan mereka semua yang telah gugur adalah perbuatan yang nyata dan mudah untuk dilakukan sebagai bangsa besar yang pastinya tidak akan pernah lupa akan pengorbanan harta dan jiwa mereka. Dan sudah sepentasnya bagi para pahlawan kemerdekaan yang masih hidup kita sematkan perhatian dan keikhlasan untuk menempatkan mereka pada kedudukan yang terhormat.

Sungguh miris jikalau kita hingga saat ini masih melihat para pejuang 45 yang masih hidup kemudian harus memperjuangkan untuk bisa hidup sehari-hari, sungguh tidak terkatakan dengan apa harus mengandaikannya. Karena jikalau dihitung dengan saat mereka sudah  berjuang pada usia 18 tahun dan pastilah sudah berumur lebih dari 90 tahun sekarang ini. Meskipun tidak semua meminta untuk diperhatikan, ketukan hati untuk menghormati  secara ikhlas sungguh berarti.

Paling tidak jikalau kita ingin menempatkan mereka pada kedudukan tertinggi juga sudah sepantasnya, perjuangan mereka seperti jembatan yang menghubungkan daratan satu ke daratan lainnya. Jasa mereka mengantarkan kita beranjak dari satu peradaban ke peradaban berikutnya. Perbuatan yang wajar namun sangat tinggi nilainya  adalah selalu menabur persatuan bangsa Indonesia.

Kalau pada hari ini 10 Nopember 2020 Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan untuk pejuang yang gugur atau dianggap berjasa pada bangsa Indonesia adalah tindakan yang patut selalu diapresiasi karena Negara tidak pernah lupa kepada mereka.  Kehadiran Negara selain memberikan tanda-tanda kehormatan  pastilah juga akan memperhatikan hari-hari  tua para pahlawan yang masih hidup.

Tiap masa perubahan momen untuk berjuang untuk Negara juga mempunyai wilayah-wilayah yang sangat luas. Seperti menghormati pemakai jalan yang lain manakala kita berkendaraan, menghormati hak-hak orang lain kala menggunakan fasilitas umum, menghormati ide orang lain sebagaimana menghargai ide kita sendiri, dan masih banyak hak-hak orang lain yang akan bersinggungan dengan diri kita dan itu semua dibutuhkan penyelarasan untuk saling mengakui dan menghormati.

Karakteristik bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah adem ayem dapat dilihat dari nilai filsofi berkumpul untuk memperingati hari pahlawan. Di antara kita sudah paham sekali jika tiap ada peringatan hari kebesaran negara atau ketika ada hajatan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas kegembiraan, kesuksesan yang diterima akan diujudkan dalam suatu syukuran dan barang yang biasa adalah bentuk tumpeng.

salah satu hasil makanan olahan yang berbentuk kerucut sangat kaya akan makna  simbolik. Pada intinya adalah suatu penghormatan kepada para leluhur. Namun yang lebih penting pada adalah semangat untuk menghargai budaya ini. Budaya yang melekat kala memperingati hari pahlwan tidak sedikit yang menggunakan tumpeng sebagai simbol untuk menyatukan seluruh elemen yang ada di masyarakat.

Tumpengan yang pertama dikenalkan  dari Jawa, sekarang hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia mengenal tumpeng tidak hanya dalam varian nasi dan lauknya. Namun sudah bisa diujudkan dalam bentuk yang beraneka ragam. Yang mengindikasikan bahwa orang Indonesia sangat terbuka dengan suatu budaya dari luar adat mereka. Kalaupun ada yang masih menganggap adanya perbedaan pemahaman adalah harus dianggap sebagai kekayaan bangsa juga.

Menggapai nilai perjuangan tidak hanya memunculkan ego-ego pribadi ataupun kelompok dengan menisbikan keberadaan lainnya. Namun memadankan suatu pandangan yang sama-sama diterima langkah-langkah yang selalu diperjuangkan sebagaimana kata Mohammad Hatta, "Pahlawan yang setia itu berkurban bukan untuk  dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita.

Tumpeng yang dipakai setiap acara syukuran dari lingkungan keluarga, rt, kecamatan hingga dalam tatapemerintahan hanyalah satu simbol yang menghormati kearifan Negara Indonesia yang memiliki beribu-ribu gunung  sebagai sumber kesuburan tanah. Kemudian tumpeng yang mengerucut juga mempunyai makna  keihklasan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiap perjuangan umat manusia baru akan mempunyai makna jika menyandarkan pada pengakuan-pengakuan kebenaran dari orang lain.

Jikalau orang lain mengakui tiap apa yang dilakukan sebagai suatu perjuangan, dan diterima sebagai usaha mengubah keadaan menjadi lebih baik tentunya harus juga diterima dengan iklhas atas tiap tetes keringat yang kucurkan. Namun manakala orang yang diperjuangkan nasibnya untuk berubah tidak mengakui karena merasa bukan dari kelompok dan dianggap sebagai penghalang menuju cita-cita mereka sendiri  sungguh jauh apa yang diinginkan oleh Mohammad Hatta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun