Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Everton Kalah dari Newcastle United, Harus(kah) Mengubur Impian Juara?

1 November 2020   23:10 Diperbarui: 1 November 2020   23:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

Apakah peringkat Everton dan New Castle Unite di Liga Inggris akan berpengaruh pada pertandingan pekan ke-6 ini?. Karena pertandingan sepak bola bukan hanya permainan utak atik angka. Kemudian dari hasil utak-atik itu akan diketahui pemenanngnya. Ataukah pelatih yang menetukan suatu kemenangan tim?

Tentu saja akan bernilai fifty-fifty jawaban saya, seorang pelatih akan membawa hampir separuh ruh dari permainan tim. Tidak ada yang menyanksikan kalau kemampuan seorang pelatih akan menjalar pula pada bentuk permaianan tim.  Carlo Ancelotti sebagai pelatih yang selalu sukses memabawa timnya mendapat kelas terhormat tiap kali ia melatih. Dari Roma, A.C. Milan hingga Real Madrid diajaknya untuk menikmati rasanya menjadi juara.

Semantara itu Steve Bruce pelatih  New Castle united adalah mantan pesepak bola juga sama dengan Carlo Ancelotti. Sebagai pemain di Ingris Raya dirinya pun pernah merasakan menjadi kampiun. Namun untuk tataran pelatih Steve Bruce belum sementereng Carletto. Dan apakah dari persolan ini akan membawa inspirasi permainan tim masing-masing? Jawabannya jelas ada.

Sebagai orang yang sentral dalam meracik tim akan sangat berpengaruh dalam model permainan tim. Carletto yang dibesarkan dalam gaya permaianan Italia akan selalu membawa filosofinya. Permainan yang tidak terburu-buru mengarahkan ke jantung permainan lawan.  Menunggu lawan lengah dimasukilah lobang yang ada.  

Dan Steve Bruce yang dibesarkan di liga Inggris akan selalu bermain pula dengan gaya Inggrisnya, bola direbut kemudian tending ke tengah atau sejauhnya terus kejar.  Ciri khas yang tidak akan pernah ditinggal siapa pun pelatihnya, kalaulah ada hanyalah  modifikasi di permainan sayap.

Jikalau mempertimbangkan permainan dilihat dari sosok pelatih, maka akan terlihat permainan yang berbeda. Hingga menit ke  tiga puluh pemain-pemain Everton sangat menguasai permaian. Tentu saja pemain everton lebih senang memainkann bola di area sendiri hanya sesekali berani bermain hingga ke jantung pertahanan.  Hanya tendangan-tendangan sporadis yang jauh dari gawang  New Castle United.

Pada menit ke tiga puluh serangan dari tendangan pemain belakang New Castle United langsung ke tengah lapangan kemudian digiring hingga berhadap-hadapan dengan kiper. Peluang sebenarnya 99 % menjadi gol. Namun 1 % ternyata yang menentukan gol dan tidaknya. Hehehehe...    
Dua sisi permainan yang berbeda memang terbukti, Carletto bermain dengan gaya yang lebih seperti orang menari-nari meskipun 45 menit pertama menguasai permaian namun peluang-peluang yang diciptakan selalu berbnturan dengan pemain belakang pasukan yang diotakki Steve Bruce. Karena Steve Bruce tahu dengan pengalaman yang dimiliki oleh Carletto  jika melawan dengan cara terbuka maka akan menjadi boomerang.

Pilihan menumpuk pemain di area pertahanan kemudian melakukan serangan seperti menit ke-tiga puluh yang memang ampuh membuat peluang yang sangat baik. Sebaliknya jika para pemain Everton tidak mampu membuka pertahanan lawan maka selebihnya akan menjadi   frustasi yang  berakibat fatal. Dan meskipun sekarang posisi mereka berada di peringkat kedua karena tidak konsisten sebagaiamana ketika membuka musim dengan kemenangan maka posisi mereka mudah sekali tergelincir. Karena frustasi itu tadi.

Hingga menit ke 55 Everton tidak mampu mengubah pola permainan masih sama dengan menit=menit sebelumnya.  Menguasai bola lama-lama baru melakukan serangan. Namun New Caste United tidak lagi hanya  mengandalkan serangan balik, tetapi juga berani untuk bermain lebih terbuka dengan membuka serangan dari sayap. Dan hasilnya tentu saja ada, akibat serangan itu menghasilkan tendangan pojok untuk New Caste United.

Entah benturan yang disengaja atau tidak yang jelas pemain New Caste United terjatuh di kotak penalti akibatnya wasit pun menghadiahi tendangan penalti yang kemudian diambil oleh Wilson. Suatu tendangan  tanpa tipu-tipu keras mengarah ke kiri gawang Everton, dan gol. 1-0

Gol yang terjadi pada menit lima puluh lima membuat para pemain pemain Everon lebih tidak lagi bemain setengah lapangan dan banyak menguasai bola namun lebih sering mencoba menyerang hingga ke area penalti New Caste United. Namun perubahan itu hanya berlangsung sepuluh menit. Selanjutnya para pemain Everton lebih senang menguasai bola, dari pada bermain untuk menang.

Kreativitas Carletto yang biasanya sangat lihai ketika menemui masalah kebuntuan ketika menghadapi tim dengan pola tending dan serang seharusnya sudah ada.  Beberapa pergantian pemain di sisi tengah sudah dilakukan namun penerjemahan strategi pelatih oleh pemain tidak berjalan mulus. Tendangan-tendangan sporadis yang jauh dari gawang  masih saja terjadi. Dan lebih mengenaskan lagi adalah kehilangan bola saat di area penalti New Caste United.

Frustasi dari pemain-pemain everton makin menjadi manakala segala serangan yang dilakukan tidak membuahkan hasil gol. Bahkan yang terjadi berikutnya adalah serangan balik yang cepat dari sisi kanan Everton kemudian umpang silang  yang sangat manja oleh Wislon diceploskan saja ke gawang dan lagi-lagi gol. 2-0 untuk New Caste United.

Pemantik semangat bisa saja dari kelengahan yang dilakukan oleh para pemain New Caste United. Mereka menganggap permainan sudah usai setelah gol menit ke 84  itu.  Namun seperti pola dasar permainan yang diterapkan Carletto adalah menunggu hingga ada lubang yang  tepat, benar saja pada menit perpanjangan waktu Everton bisa memasukkan bola ke gawang New Caste United.

Raihan 2-1 oleh New Castle United kali  membuktikan jika pelatih dari Inggris  dengun kultur aslinya bisa mengalahkan model dari Italia yang diwakili  Carlo Ancelotti. Paling tidak untuk pertandingan kali ini.

(Pati, 1 Nopember 2020)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun