Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lambang Negaraku Disayang, Sayang...

22 Oktober 2020   19:28 Diperbarui: 22 Oktober 2020   19:38 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 7.10 saya sudah sampai di lobbi salah satu hotel di jalan Pandanarang Semarang untuk  presentasi lomba  cerita pendek. Setelah diarahkan oleh security  tempat yang harus dituju, bergegas saya ke tempat itu. 

Di lantai tiga suatu ruangan  yang telah ditata rapi, namun ketika melihat bingkai yang terpasang gambar presiden dan wakil presiden serta ada burung garuda ingin tersenyum atau protes tidak tahu. Yang jelas ada perasaan mengganjal di hati.

Karena yang mengundang peserta adalah instansi resmi maka lambing negara yang dipasang pun harus mempertimbangkan kaidah-kaidah yang ada. Tidak bisa serampangan memasang, kadang benar menurut kita, belum tentu benar menurut aturan.  Pemasangan lambang negara di instansi pemerintahan atau sekolah dapat saya ibaratkan dengan penataan  ruang tamu.  

Jikalau saya mempunyai ruang tamu  pastilah selalu ingin terlihat rapi.  Penataan ruang tamu yang baik juga barang-barang yang ditempatkan pun sesuai dengan fungsinya kadang-kadang bisa mencerminkan diri pemiliknya. 

Ada kursi, ada meja, ada hiasan, dan ornamen  artistik  sesuai dengan selera. Tentunya selera yang punya rumah akan dikatakan pas jika tamu pun dengan jujur mengatakan kalau ruangan tamu tuan rumah sangat pas.

Kesan harmonis akan muncul jikalau kontras yang ada sesuai dengan barang yang ditempatkan sesuai dengan keberadaan barang itu. Jika  barang-atau furniture yang ada di ruang tamu ketambahan barang-barang yang bukan seharusnya, maka akan menjadi tertawaan.  Misalnya menempatkan mesin cuci di samping  kursi di ruang tamu. 

Apakah salah? Tidak ada yang menyalahkan, rumah-rumah sendiri, ruang tamu juga milik sendiri, mesin cuci juga milik sendiri mengapa orang lain yang harus bingung. 

Karena rumah pribadi atau nonformal, maka pemasangan lambang Negara tidak wajib dipasang. Bahkan kalau dipasang orang pun akan merasa aneh. Padahal itu baik-baik saja. Sehingga segala sesuatu yang baik belum tentu menjadi baik.

Sekelumit gambaran di atas jikalau diterapkan dalam berbangsa dan bernegara sedikit banyak ada benang merahnya, paling tidak menurut saya. Bukan pada masalah yang berat-berat misalnya mendorong tank leopard, hanya masalah meletakkan atribut  negara Indonesia, lambang  negara, kepala negara.

Bagai ilustrasi di atas jika mengkomposisikan ruang tamu dengan furniture secara  baik maka orang yang melihatnya terlebih yang menjadi tamu akan terkesan. Bahkan akan muncul imej kalau tuan rumah adalah seorang yang sangat teratur selalu memikirkan hal-hal yang detail hingga sekecil-kecilnya. 

Demikan juga kalau  masyarakat Indonesia, instansi-instansi pemerintah maupun swasta cara meletakkan lambang-lambang Negara secara benar maka   orang luar yang melihatnya akan memastikan jika  kesadaran bernegara orang Indonesia sudah baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun