Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Soerang Putri Pesisir sedang Kasmaran

18 Oktober 2020   19:37 Diperbarui: 18 Oktober 2020   19:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Freepik.com

Shandya Kala di Parang Garuda
IX

Jika mengingat kejadian itu Rayung Wulan selalu tersenyum,  tidak menyangka jika candanya yang memanggil para prajurit ditanggapi serius oleh Soponyono.

Sementara itu ibunya yang melihat Rayung sudah bisa tersenyum ketika dirias, hatinya jadi gembira ternyata putrinya bisa melupakan lelaki yang diidamkannya. Sehingga dibiarkan saja putrinya menimbang apa yang harus dilakuakan sebagai seorang putri penguasa Parang Kencono.

******

"Ya, Nimas."

"Kok tidak terdengar Ya.."

"Ya Nimas Rayung Wulan..."

Suara Soponyono tercekat di leher, bibirnya sangat kelu. Andaikan dirinya memanggil nama Rayung Wulan di depan para pejabat kadipaten Carang Soka, betapa akan menjadi geger. Terlebih jikalau di hadapan Adipati. Bisa-bisa kepalanya langsung terpisah. Betapa dirinya dan Rayung Wulan bagai jarak antar kutub selatan dan kutub utara. Sangat jauh.

"Kakang Soponyono, boleh kan aku ikut latihan menjadi pesinden untuk memeriahkan ulang tahan ayahanda?"

"B..b.. boleh Nimas." Gagap ia berkata, sudah semestinya sebagai seorang dalang yang ditugasi untuk memimpin kesenian di Carang Soka kosa kata dan tatakata sangat banyak tersimpan. Bahkan harusnya sebagai dalang yang mumpuni dan mempunyai segudang pengalaman tentang perempuan tidaklah akan gugup.  Namun menghadapi Rayung Wulan dirinya seperti anak kecil yang dituntun untuk berkata.

Sore hari telah tertutup oleh selimut malam, dan suara gamelan masih terdengar , hingga katak dan jangrik berebutan suara mengisi malam yang selalu bersahabat dengan kelahan. Menyisipkan mimpi-mimpi yang tidak tercapai pada siang harinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun