Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bapak Fachrul Razi, Bercanda(kan) Memulangkan Eks-ISIS?

5 Februari 2020   12:40 Diperbarui: 5 Februari 2020   12:43 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak kurang dari tiga lembaga resmi yang menyatakan ingin memulangkan eks ISIS asal Indonesia, dengan beragam argumen. Dasar wacana pemulangan yang pertama hanyalah rumor karena begitu memprihatinkan keadaan mereka di kamp-kamp perempuan dan anak-anak keluarga Isis. 

Banyak dari mereka yang mengais-kais makanan, kurang tidur, tidak terjaga kesehatan, dan tentu saja tempat mereka tidaklah layak. Dari naluri kemanusiaan siapa pun akan terketuk hatinya, ingin menolongnya karena mereka adalah salah satu dari bagian masyarakat yang pernah dilahirkan di Indonesia.

Dari dasar pemikiran kemanusiaan inilah mungkin Menteri Agama ada suatu rencana untuk memulangkan 600-an orang eks ISIS itu. Perangkat-peragkat pendukung untuk memulangkan mereka dipersiapkan. 

Dari payung hukum hingga SOP ketika sampai di Indonesia. Namun itu masih pada batas wacana. Tidak urung dari sekedar wacana itu pun sudah menimbulkan polemik yang hangat di Tanah air.

Tidak kurang lembaga yang beteriak kencang adalah Komunitas HAM. Komunitas ini sangat kuat menyuarakan kepulangan mereka. Sama saja alasan yang dipakai komunitas ini, memakai dasar kemanusiaan. 

Dan sekali lagi lembaga HAM ini pun mendapat tandingan suara yang tidak kelah lantangnya. Sudah berjibun masalah HAM di Indonesia, dengan memulangkan orang yang sudah terlatih dan pernah berperang di tempat lain tidakkah akan menjadi kekuatan tersendiri bagi para radikalis.

Bapak Mahfud M.D. sebagai menteri Koordinato Polkam, masih mengkaji atas pemulangan mereka. Bahkan opsi yang diberikan adalah dipulangkan, atau tidak dipulangkan. Tentu saja Pak Mahfud memberikan opsi-opsi itu karena melihat dampak-dampak yang timbul jika memulangkan mereka. Atau dampak lain sebagai suatu negara yang mempunyai warga negara dan sedang mempunyai masalah.

Dari Menteri Agama, Lembag HAM, Menko Polhukam hanya dari pihak kementrian pertahanan yang menyatakan dengan tegas bahwa para kombatan ISIS tidak usah dijemput. Tentu saja statemen ini sangat tidak terasa menyenangkan. Di samping jelas, langsung bersinggungan dengan keluarga yang ditinggalkan di Indonesia bagaimana pun juga sebagai keluarga yang masih mempunyai hubungan darah pastilah mengingingkan kedatangan mereka. Untuk para anggota ISIS sendiri yang berada di nun jauh di sana di Suriah atau di Irak atau di manapun mereka, pastilah akan menutup asa mereka untuk kembali ke keluarganya.

Suatu pilihan hidup tentunya sudah dijatuhkan ketika mereka meninggalkan Indonesia kemudian berjuang bukan untuk negaranya. Konsekuensi terburuk pun sebenrnya juga harus di hadapi ketika memperjuangkan ide mengalami kegagalan. Dan sebaliknya jika keberhasilan yang didapat tentunya akan memberikan stigma-stigma lain bagi orang yang ditinggalkan.

Stigma itu tentunya akan membawa dampak kepada keluarga, bagaimana pun juga akan dinilai sebagai penghasil orang yang berperang untuk orang lain, memperjuangkan suatu ide kenegaraan yang sangat berbeda dengan yang ditinggalkan, yaitu perjuangan kekhalifahan. Keyakinan mereka sudah dilaksanakan dengan mempertaruhkan dirinya dan keluarganya dengan memerangi suatu sistem, berperang dengan bangsa yang berbeda, di suatu negara yang juga tidak mereka kenali. Yang mereka pahami dan kenali hanya persamaan ideologi, persamaan keyakinan.

Sebenarnya mereka lebih mudah dideteksi dibanding dengan teroris yang hanya membuat teror di negara sendiri, Indonesia. Ketika keberadaan mereka yang akan dipulangkan di Indonesia sudahkah lembaga negara sampai masyarakat sudah siap menerima falsafah hidup mereka? Tentunya Bapak Menteri Agama Sendiri yang mempunyai ide untuk memulangkan mereka belum punya seratus persen cara untuk mengeliminasi ideologi para kombatan itu, sudah memillikinya. Dan hanya Tuhan yang Tahu apakah Bapak Menteri memiliknya

Sedikit perbandingan, jika untuk memulangkan saudara kita yang ada wilayah endemik virus korona di Wuhan Cina pemerintah harus menyediakan pesawat sendiri. WNI itu pun harus dikarantina beberapa hari di Natuna dengan semua penjemputnya. Dan jika menurut analisis kementerian kesehatan sudah normal bisa dikembalikan ke keluarganya.

Dan model yang dipakai oleh Menteri Agama menangani masalah eksISIS apakah sama dengan model yang dipakai ketika menatralisir orang yang berdampak suatu penyakit. 

Jika sama begitu mudahkah menghilangkan suatu ideologi yang ada pada seseorang? Pandangan hidup seseorang tidak akan mudah hilang dalam hitungan hari, hitungan minggu, bulan, tahun, sampai dibawa mati pun ideology akan tetap ada. Bahkan bisa saja penanaman ideologi mereka sudah beranak pinak pada keluarganya.

Sama-sama memulangkan warga negara tetapi kasus eksISIS jelas sangat jauh berbeda. Jika WNI yang ada di Wuhan tidak sengaja bahkan tidak menginginkannya. Sementara itu eksISIS sudah terpapar paham radikalis dari Indonesia kemudian mereka keluar negeri dan berperang di sana. Artinya bisa saja mereka dikategorikan sebagai teroris, karena bergabung dengan kelompok teroris dunia. Menurut UU Antitetorisme mereka semua kena pidana jikalau pulang ke negeri Indonesia.

Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc, Lic. Eng., Ph.D dari Universitas Yogyakarta mengemukakan, ... . bahwa WNI yang bergabung dengan kegiatan militer negara lain, maka otomatis akan kehilangan kewarganegaraannya. Apakah kemudian mengartikan ISIS adalah bukan negara jadi masih bisa saja memulangkan mereka. Namun jelaslah bahwa WNI yang berangkat ke Timur Tengah itu telah berabung dalam suatu kegiatan militer.

Agenda kebangsaan Indonesia masih luas, keragaman hidup beragama, berbudaya, dan bernegara dari Papua hingga Aceh tidak terbilang kayanya, Yth. Bapak Menteri Agama akankah lebih baik jika energi yang Bapak milliki, keringat yang dikucurkan untuk menyulamnya sehingga menjadi kebhinnekaan yang indah? Wassaalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun