Sedikit perbandingan, jika untuk memulangkan saudara kita yang ada wilayah endemik virus korona di Wuhan Cina pemerintah harus menyediakan pesawat sendiri. WNI itu pun harus dikarantina beberapa hari di Natuna dengan semua penjemputnya. Dan jika menurut analisis kementerian kesehatan sudah normal bisa dikembalikan ke keluarganya.
Dan model yang dipakai oleh Menteri Agama menangani masalah eksISIS apakah sama dengan model yang dipakai ketika menatralisir orang yang berdampak suatu penyakit.Â
Jika sama begitu mudahkah menghilangkan suatu ideologi yang ada pada seseorang? Pandangan hidup seseorang tidak akan mudah hilang dalam hitungan hari, hitungan minggu, bulan, tahun, sampai dibawa mati pun ideology akan tetap ada. Bahkan bisa saja penanaman ideologi mereka sudah beranak pinak pada keluarganya.
Sama-sama memulangkan warga negara tetapi kasus eksISIS jelas sangat jauh berbeda. Jika WNI yang ada di Wuhan tidak sengaja bahkan tidak menginginkannya. Sementara itu eksISIS sudah terpapar paham radikalis dari Indonesia kemudian mereka keluar negeri dan berperang di sana. Artinya bisa saja mereka dikategorikan sebagai teroris, karena bergabung dengan kelompok teroris dunia. Menurut UU Antitetorisme mereka semua kena pidana jikalau pulang ke negeri Indonesia.
Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M.Sc, Lic. Eng., Ph.D dari Universitas Yogyakarta mengemukakan, ... . bahwa WNI yang bergabung dengan kegiatan militer negara lain, maka otomatis akan kehilangan kewarganegaraannya. Apakah kemudian mengartikan ISIS adalah bukan negara jadi masih bisa saja memulangkan mereka. Namun jelaslah bahwa WNI yang berangkat ke Timur Tengah itu telah berabung dalam suatu kegiatan militer.
Agenda kebangsaan Indonesia masih luas, keragaman hidup beragama, berbudaya, dan bernegara dari Papua hingga Aceh tidak terbilang kayanya, Yth. Bapak Menteri Agama akankah lebih baik jika energi yang Bapak milliki, keringat yang dikucurkan untuk menyulamnya sehingga menjadi kebhinnekaan yang indah? Wassaalam.