Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kelo Merico Mbak Siti yang Mantab Jiwa

19 November 2019   19:49 Diperbarui: 19 November 2019   20:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Pati wilayah pantura, tidak akan pernah habis rasanya untuk mencari sudut-sudut tempat menjajakan makanan, dari yang hanya sekedar warung sederhana sampai restoran. Bertebaran dari pelosok desa hingga di kota menyediakan kuliner yang memanjakan lidah. 

Beraneka jenis masakan tersedia dari yang berbahan sayur-mayur, daging, ikan air tawar, hingga ikan air laut. Tentunya dengan harga yang sangat terjangkau bagi semua kalangan.

Kali ini saya akan mencicipi masakan kelo merico. Masakan yang bahan dasarnya ikan, jadi kandungan proteinnya sangat tinggi. Warung ini di Jalan Ki Ageng Selo, 100 meter sebelah barat Pentol Blaru, tepat di timur jembatan.  Sebutan Pentol karena mengacu pada bentuk tugu yang bentuknya sepeti ujung korek api, atau bulatan-bulatan bakso. 

Dan Blaru adalah nama desa yang berada di selatan kota Pati. Di  "Warung Mbak Siti" selain menjual kelo merico menu lain yang disediakan adalah 'ndas manyung', namun untuk kuliner satu ini semoga lain kali bisa saya sajikan. 

Tempat ini sangat mudah dijangkau dengan angkuta atau armada sendiri. Dengan kemudahan cara mendatanginya warung ini tidak pernah sepi. Buka jam 08.00, jam 12-an sudah habis.

Secara harfiah kelo merico dari kata, kelo; dimasak, masakan sedangkan merico jenis rempah-rempah yang mempunyai rasa pedas namun bisa menghangatkan tubuh. Merico hanyalah sekian rempah-rempah yang dijadikan bumbu. Padahal bumbu yang lain dapat dijadikan penambah rasa sedap; cabe, bawang merah, bawang putih, kunyit, asam jawa, garam, ikan patin (disesuaikan keinginan), dan yang harus ada merica.  

Untuk rasa sedap yang pas sepeti warung mbak Siti ini katanya; "Rahasia dapur." Tidak boleh sembarang orang tahu bagaimana meramunya agar mempunyai cita rasa yang  'mantab jiwa'.  

Jawaban yang sama, setiap warung yang enak katanya bumbu yang disediakan standar tetapi ketika ditanya soal lebih rahasia sangat pelit. Takut disaingi kalau sampai ketahuan rahasia dapurnya, mungkin.

Dokpri
Dokpri
Jam 10-an kira-kira saya datang ke warung Mbak Siti untuk menikmati masakan  kelo merico. Sesampainya di sana warung sudah penuh dengan pelanggan. Dan tentunya saya tidak akan khawatir  karena akan selalu mendapat tempat, karena langganan tetap, bisa dikatakan langganan  lawas alias lama.  

Penjualnya juga sudah paham pesanan  saya, ikan utuh sedang. Kalau pas kebetulan ukuran sedang dan utuh tidak ada, pastilah akan dipilihkan bagian perut dan kepala. Menu nasi setengah piring, minumnya segelas jeruk  hangat, dan kerupuk tidak ketinggalan.

Hanya menunggu lima menit pesanan pun datang, sepiring kelo merico berkuah tidak bersantan sedap aromanya. Tekstur ikan patin, kebetulan kali ini yang ada ikan patin (ikan yang lain bisa juga dimasak dengan bumbu kelo merico) teksturnya sangat kenyal tidak lembek dan juga tidak keras, jadi ketika dimakan masih terasa dagingya.

Rupanya kalau datang lebih awal kelo merico masih ada campuran krai. Krai buah-buahan sejenis mentimun berkulit agak keras, perbedaannya  saat digunakan untuk campuran masakan hanya pada kesenangan saja, karena kedua buah-buahan ini sangat segar jika dimakan mentah-mentah. Namun ada perbedaan sedikit. Kalau krai dimasak tidak lumer berbeda dengan mentimun akan sangat lembek kalau kena panas. Dan rasanya lebih renyah krai, sehingga masyarakat Pati lebih menyenangi krai untuk campuran masakan kelo mrico.

Selain krai campuran untuk masak kelo mrico yaitu tumbuhan katu. Tetumbuhan ini oleh masyarakat Pati bisa dijadikan tanaman hias di depan rumah yang bisa juga berfungsi sebagai pagar. Karena mudah cara hidupnya maka hampir setiap rumah di desa kabupaten Pati mempunyai pohon jenis ini. 

Namun sayang sekali saat saya memesan kelo merico kali ini tidak ada campuran tanaman katu. Padahal kalau ada, ahhhay sekali. Segar. Tapi tidak apalah, memang lidah ini sukanya mencari sensasi lebih.

Sendok demi sendok saya khidmati  betul menghormati santapan yang akan menjadi daging dan tenaga bagi tubuh ini, sambil mensyukuri karuniaTuhan atas nikmat yang telah diberikan. 

Memang sengaja saya memesan nasi dalam porsi sedikit agar tidak terlalu kenyang. Karena porsi yang pas akan memberikan kesan yang lezat tidak hilang-hilang, sampai tulisan ini tayang rasanya masih melekat di lidah.

Mengapa harus kepala selalu ada saat saya memesan kulineran? Sensasi makan kepala patin  bersamaan dengan kuah sangat menggelitik di ujung lidak dan dan langit-langit mulut. Apalagi tulan-tulang yang ada pada tulang kepala patin ketika beradu dengan gigi dan hisapan lewat lidah sangat tak terbendung sensasinya. Sampai air kuah habis tak berbekas, kepala patin menyisakan tulang,  dan daging ikan tertingga duri. Lagi selesai penjelajahan kuliner kali ini.

Pas pesanan tidak kenyang itulah prinsip berkulineran. Setelah istirahat sebentar dan cuci tangan menghilangkan bau masakan kelo merico, barulah diminumi air jeruk yang masih anget. Keluarlah keringat ciri khas orang Indonesia, keringat habis makan. Bukan keringat habis kerja hehehe... setelah cukup, tinggal membayar di kasir. Eh gak ada tempat kasirnya, langsung ke Mbaknya yang masak, merangkap pelayan, merangkap banyak tugas. Ciri khas warung bukan restoran. Dan berapa? Rp16.000; ya segitu harganya. Sangat murah.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun