Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kothok Gaya Kopiku, Anda?

8 Oktober 2019   14:39 Diperbarui: 8 Oktober 2019   14:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaikan pencerita mengabarkan kasmaran pasti berisi kegembiraan tidak akan pernah habis. Jika menceritakan tentang kesedihan yang selalu menguras air mata, atau menceritakan panas yang tak berkesudahan, atau membicarakan hujan yang tidak menentu, atau bercerita apa saja.  

Itulah perumpamaan mengupas cerita tentang kopi, ada saja bagian bagian yang ditemukan. Seperti saya menulis tentang kopi kali ini. Hanya mencoba menambah kepingan-kepingan yang diharapkan, atau malah menambah potongan yang membingungkan.

Lidah orang Indonesia Sebagai negara terbesar penghasil kopi setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia  sangat dimanjakan dengan rasa yang khas sesuai dengan keinginan. Jika pingin masam-masam sedikit tentu tunggal pilih jenis robusta kalau pingin yang pahit tinggal arabika, atau rasa late, amerikano, atau dicampur moka, susu, gula, hanya pilihan. Sebagaimana hidup sekadar pilihan.

Sejarah panjang  perkopian di Indonesia tentunya meninggalkan gaya yang berbeda cara menikmati kopi. Ada sebagian yang menyeduh  kopi kemudian dengan perjuangan  meminumnya di pegunungan sambil menikmati senja memerah di ufuk barat terasa sangat menghantam hingga ke memori. 

Namun ada sebagian yang cukup minum kopi di teras rumah sambil mendengarkan burung kutut manggung di temani istri dan melihat anak bermain bak di dunia film sangatlah damai. Atau menghabiskan waktu di warung atau kafe susu kopi yang lagi in tiada salahnya, atau cukup ke mini market menuju mesin penyedia macam-macam kopi kemudian memejetnya keluar kopi, kopi moca, late dan memasukkannya ke cup kemudian bayar. 

Sekali lagi, menikmati kopi di rumah atau di warung, model ala kadarnya hingga harus meracik terlebih dahulu semuanya hanyalah gaya.  Dan gaya itu mempengaruhi cita rasa kopi saat bersentuhan dengan lidah hingga menimbulkan sensasi itulah yang dicari para penggila kopi.  

Kedai kopi modern pastilah menjual konsep yang lebih fresh  ide dengan suasana yang sudah betul  dipertimbangakan sehingga tidak seperti nasib akik yang booming kemudian lenyap tak berbekas. 

Sebagai perbandingan saya ceritakan penjual kopi ndeso  milik Nyi Pah di daerah Gabus dekat jembatan Jogan bertahan hingga dua turunan atau lebih dari lima puluh tahun sekedar menjual nasi ala kadarnya dan suasana asli yang dikedepankan, kira-kira begitu konsep paseduluruan yang dikedepankan,  dan tetap menjual kopi yang berkualitas dengan resep keluarga yang dirahasiakan,  pastinya lagi warung ndeso selalu menjaga harga agar selalu terjangkau.

Berbeda halnya dengan konsep di kota Pati Kafe EL misalnya secangkir dihargai tiga ribu rupiah sedangkan jika ditambah susu seharga lima ribu rupiah.  Masih menjual macam-macam kopi, semisal kopi thai, kopi kothok, dan  makanan serta minuman lainnya. 

Di Pati kedai kopi susu yang lebih privat dan eksklusif hampir tiap blok mudah sekali ditemui. Tentunya harga juga menjadi pertimbangan bagi pembeli di kota kecil seperti Pati. Namun sekali lagi orang masuk ke kedai kopi, suasana yang menyenangkan akan selalu dikenang dan pada akhirnya pembeli akan selalu kembali datang.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Seperti saya, pertama kali masuk ke kedai kopi EL tidak percaya diri karena dirasa akan butuh uang paling tidak lima puluh ribu. Apalagi yang saya pesan adalah kopi kothok, bukan jenis kopi tapi cara penyajiannya yang berbeda yaitu memasak lagi  kopi di arang atau kompor  barang 3 sampai lima menit hingga berbunyi, thok... thok...thok baru dituangkan di gelas. 

Menurut saya kopi yang disajikan model  inilah yang enak karena cita rasa kafeinnnya menjadi  lebih kuat. Barang tentu kedai modern  mempersiapkan juga  segala model penyajian karena ada baristanya. Lain dengan kopi di Nyi Pah hanya kopi model Ndeso.Setelah menikmati kopi selama hampir empat jam, ternyata harga tidak mahal cukup sepuluh ribu untuk kopi dan kuenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun