Hanya akan menghasilkan trauma bagi kesebelasan yang dikalahkan. Kalau melawan Brunai dan Filipina sudah sepantasnya karena itu sebagai lawan yang memang akan berpengaruh signifikan pada perolehan nilai.
Ketika menemui lawan sepadan yaitu China dibabak akhir sangat terlihat garuda muda tidak seeksplosif saat melawan lawan-lawan sebelumnya. Tusukan-tusukan tajam harus selalu disertai dengan stamina yang luar biasa namun pada menit ke enam puluh berganti dengan pemain yang kejang karena kram. Intinya kelehan.Â
Stamina drop sehingga salah umpan, tembakan tidak terarah. Skema yang diterapkan pun harus selalu gagal menjadi bagian yang membuat saya harus teriak-teriak-tentu saja tidak terdengar karena saya nun jauh dari Gelora Bung Karno-.
Kalau berkredo garuda sebagai simbol. sudah sewajarnyalah kalau pelatih dan pemain meyakini adanya suatu skema dan filosofi yang diyakini  akan menjadi gaya dalam persepakbolaan Indonesia. Suatu gaya yang elegan tidak 'gubras-gabrus' yang sangat menguras tenaga. Namun saya cukup terhibur dengan petandingan itu kita masih terjaga asanya untuk melangkah ke partai selanjutnya.Â
Dengan angka yang sama dengan China sudah sewajarnya kalau garuda belia kita menjejakkan kakinya ke tingkat Asia. Kita datang sebagai runner up terbaik. Selamat datang di Asia Garuda mudaku melayanglah kemudian menukik untuk melumat lawanmu.
Jaya sepak bola Indonesia!