Orang yang tidak terbiasa dengan rasa pedas akan langsung keluar suara mendesis di mulut seperti ular ssh...ssh...ssh, sejurus kemudian pasti akan keluar keringat dari kening dan tangan pun akan mengusapnya atau pasangannya yang mengusap dengan tisu --biar kelihatan mesra-. Saya sendiri pun kadang tidak tahan dengan rasa ini, pedas yang aneh.
Dan teman dari sego tewel untuk dikunyah hanyalah tempe, biasanaya ada bakwan dan telur puyuh atau telur asinan dan krupuk. Karena kami datang saat warung sudah hampir tutup dapat cemilan tempe, itu sudah keburuntungan ada lauknya bahkan suatu saat saya pernah berebut tempe dengan pembeli lainnya.
Meskipun hanya tempe rasanya selalu berbeda apalagi dihidangkan saat masih panas sangat enak untuk dinikmati bersama dengan tewel yang pedas. Dan minuman di sini hanya ada teh atau es teh.
Kalau ingin menghilangkan rasa pedas saya sarankan untuk memesan teh panas. Meminum es setelah makan pedas tidak menghilangkan rasa pedas hanya menimbulkan haus. Kalau ada yang berpendapat tidak disaraankan minum teh setelah makan di situ ada air mineral.
Lima belas menit berlalu dan kami pun selesai menikmati hidangan sego tewel. Segera saya menuju ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang telah masuk ke perut dan sepertinya ia sangat senang di sana.
"Nasi dua porsi, enam potong tempe, satu kerupung, satu gelas es teh dan satu mineral berapa Mbak?" Tanyaku kepada penjualnya.
"Dua belas ribu Pak." Katanya tanpa ragu.
Dua belas ribu rupiah untuk makan sore ini, segera saya keluarkan uang pas satu lembaran sepuluh ribu dan satu lembaran dua ribu. Kami pun pulang berboncengan sepeda motor dengan rasa syahdu.
(Pati, 8 September 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H