Seorang pemuda dari kampung
menyampirkan nasibnya di kota
memanjatkan harapan
secerah mentari dari ufuk timur.
Sajak-sajak ditata rapi
untuk mengisi kekosongan hari.
Di atas jembatan memandangi sungai
bernostalgia pada gundukan kenangan
membentangkan pesan sang ibu
yang terpatri di lubuk hati.
Ada gemelut penyesalan yang mengendap,
permintaan sang ibu masih tergenggam angan
baru dimulai langkahnya
sang ibu telah dulu dalam alam yang berbeda.
Kaki tertitih berjalan
meninggalkan perih kenangan
jembatan menjadi saksi duka
yang menempel pada dada si pemuda.
 Berjalan mengikuti angin
membawa  sepucuk asa
merakit semangat
ingin bisa segera mendekap lembaran baru
yang mengharu dan seru.
( Grobogan, Ahad 20 Oktober 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H