Kecewalah mereka, sakit hatilah mereka. Udah  repot-repot memasak, menyembelih ayam juga eh ternyata tahun barunya diundur. Nasib, nasib !
Ada yang selanjutnya mengulang menggelar doa bersama awal dan akhir tahun lagi , mujahadah lagi, selamatan lagi, dan ada yang tidak mengulang sama sekali. Bagi mereka  yang penting sudah melaksanakan  meskipun bukan pada tanggal yang telah ditetapkan pemerintah. Â
Terkait hal ini guru besar penulis, Romo KH Ahmad Bukhori dalam acara "Zikir dan berdoa bersama Jalbur Rizqi" yang diadakan kemarin siang  usai salat Jumat di pondok  pesantren Al Falah Bakalan Kalinyamatan Jepara mengatakan,
"Seumur-umur baru kali ini untuk menentukan awal tahun baru hijriah diadakan rukyah. Terhitung sejak saya kecil hingga sekarang berumur 60 tahun."
Biasanya di Indonesia rukyat itu dilakukan untuk menentukan tanggal 1 Ramadan dan tanggal 1 Syawal. Kalau di Makkah  ditambahkan tanggal 1 Dzulhijjah untuk menentukan hari wukuf bagi jamaah haji.
Mengadakan rukyat untuk menentukan 1 Muharram atau tahun baru hijrah justru akan membuat banyak orang bingung.
KH Bukhori menceritakan bahwa beliau  telah mujahadah dan memimpin doa awal tahun di masjid Jami Baitus Salam satu  pada tanggal 7 Juli.
Sedangkan pada tanggal 8 Juli tidak diadakan pengulangan mujahadah membaca doa awal tahun di masjid. Beliau mempunyai alasan bahwa mengumpulkan orang kembali untuk mujahadah dan membaca doa awal tahun itu tidak mudah.
Sekarang ini sudah ada kalender. Tidak usah susah-susah melakukan rukyat. Apakah kalender itu akurat ? Saya rasa iya. Tanggal dalam kalender adalah berdasarkan hitungan oleh pakar ilmu falaq. Dan biasanya hasil perhitungannya tidak pernah meleset.
Bahkan seorang kiai dari Ploso jawa Timur  pernah mengatakan, sudah ada kalender tapi tidak mau mengikuti tanggal sesuai yang di kalender maka sebaiknya kalendernya dibakar saja.
Demikianlah artikel ini ditulis semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca.