Mohon tunggu...
Ahmad Choliq ( Kang Dol)
Ahmad Choliq ( Kang Dol) Mohon Tunggu... Jurnalis - Sambal Terasi

Sambal Terasi ( Suka Membaca, menulis, terus berkreasi). Peringkat 100 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Miraj Nabi Muhammad saw Tersirat Pesan untuk Rakyat Indonesia Dalam Menghadapi Masa Pemilu

7 Februari 2024   21:22 Diperbarui: 7 Februari 2024   21:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini kita telah memasuki bulan Rajab. Bulan yang direkomondasikan oleh Allah swt untuk meningkatkan amal saleh seperti salat, puasa, berzikir, dan berdoa. Beramal saleh di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Sebaliknya, bermaksiat di bulan ini, maka dosanya lebih banyak dibandingkan bermaksiat di  bulan-bulan lain yang tidak dimuliakan.


Di dalam bulan Rajab ada dua fenomena yang mengagumkan ;
Pertama, fenomena pada tanggal 10 Rajab.
KH Maimun Zubair menjelaskan, pada tanggal 10 Rajab nur ( cahaya) Nabi Muhammad saw turun bersamaan saat Sayyid Abdullah melakukan hubungan intim dengan Siti  Aminah. Inilah mengapa bulan Rajab menjadi mulia yaitu karena turunnnya nur Nabi Muhammad saw. Sehingga barang siapa berpuasa pada tanggal 10 rajab berarti ia memuliakan Nabi Muhammad saw.


Kedua, fenomena pada tanggal 27 Rajab.
Pada tanggal 27 Rajab terjadi fenomena Isra Miraj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram di kota Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina.   Adapun Miraj  adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha merupakan sebuah tempat yang terletak di atas langit ke tujuh. Tempat ini bersifat gaib, dan tidak mampu terjangkau oleh pikiran manusia).
Ketika Miraj Nabi Muhammad saw banyak melihat fenomena-fenomena yang mengagumkan yang bisa kita ambil hikmahnya. 

Diantaranya adalah sebagai berikut,
Dalam sebuah perjalanan Miraj Rasulullah saw melihat kaum yang kukunya terbuat dari tembaga, lalu mereka mencakari muka dan dadanya. Melihat fenomena ini, Nabi Muhammad saw merasa heran dan bertanya kepada malaikat Jibril. "Wahai malaikat Jibril, siapa mereka itu ?" kemudian dijawablah oleh malaikat Jibril, " Mereka adalah orang-orang yang suka mengumpat orang lain,  dan mempergunjingkan kehormatan mereka.


Selanjutnya , Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melihat ada seekor sapi yang tiba-tiba keluar dari sebuah lubang yang kecil. Lalu sapi itu ingin masuk kembali ke lubang tersebut akan tetapi tidak bisa karena badannya besar. Melihat fenomena itu, baginda Nabi Muhammad shalallahu alahi wasallam  merasa heran. Bertanyalah beliau kepada malaikat Jibril, "Wahai malaikat Jibril apa maksud dari fenomena yang aku lihat tadi..?" Malaikat Jibril menjawab, "Itu perumpamaan umatmu yang melakukan provokasi sehingga menimbulkan masalah yang besar .
Dari dua fenomena yang dilihat langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam di  atas,  tersirat pendidikan bahwa mengumpat, menggunjing aib, kekurangan, dan kejelekan orang lain, serta menjadi provokator bukanlah tindakan yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila terutama sila ke-2, "Kemanusian yang adil dan beradab." Menghujat, menghina, mencaci-maki, mencari-cari kesalahan para calon presiden, dan para wakil presiden, bahkan memfitnah, dan  menebarkan kabar hoak adalah contoh  manusia yang kurang beradab. Bahkan jauh-jauh hari seorang vokalis sholawat terpopuler yang bersuara merdu dari kota Solo, sebut saja namanya Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf pernah mengatakan, "Islam itu menutupi aib orang lain. Ini Islam, kenapa kalian mencari kesempatan, dan bahkan mencari kesalahan-kesalahan orang untuk menjadikan diri kalian lebih hebat dari yang lain. Orang yang mencari kesalahan orang, kejelekan orang, dia adalah orang yang paling jelek. Jangan kalian merasa bahwa kalian orang hebat. Karena kalian tahu kejelekan orang lain, kejelekan pemimpin ini, pemimpin itu, kejelekan anggota ini, anggota itu,  tidak perlu. Ini bukan tugas kalian wahai umat Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Tugas kalian bukan seperti itu. Tugas kalian adalah tugas untuk menutupi kesalahan orang lain. Kesalahan kalian sendiri kalian tutup, kesalahan orang lain pun juga harus ditutup. Tidak perlu ada berita tentang kesalahan."
Jadi kesimpulannya, membicarakan keburukan para calon pemimpin negeri Indonesia ini adalah sebuah kesalahan, sebuah dosa. Dan tentunya setiap dosa pasti ada konsekuensinya, ada akibat yang bisa kita terima, ada dampak yang merugikan kita . Inilah pesan tersirat kisah Miraj Nabi Muhammad shalallahu alahi wa salam. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.

#Motivasiana, Bethenewyou, kompetisi menulis dan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun