Mohon tunggu...
Nurul AuliaMijayanti
Nurul AuliaMijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPNVJ Political Science Student

Hi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polemik Masyarakat Terhadap Fenomena 'Citayam Fashion Week'

16 Agustus 2022   04:58 Diperbarui: 16 Agustus 2022   05:33 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
htwitter.com/pipis/

Fenomena Citayam Fashion Week atau dikenal CFW bermula dari kumpulan remaja usia tanggung yang nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Kumpulan remaja tersebut berkumpul dengan menggunakan outfit yang nyentrik dan terkesan kekinian. Ini menjadi gambaran kreativitas dalam berbusana para remaja tersebut.Kehadiran CFW ini membawa dampak positif untuk remaja yang mana mereka sedang mencari jati diri mereka diusia remaja. Sebab, hal-hal yang dilakukan kumpulan remaja tersebut hanya sekedar duduk dan bercengkrama dengan teman-temannya, ataupun sambil membuat konten tiktok dengan teman-temannya. Dibandingkan dengan kegiatan negatif yang dilakukan remaja seperti tawuran, mabuk-mabukan, narkoba, dan lainnya. Mengadu outfit di CFW jauh lebih membawa dampak positif.

Viralnya fenomena CFW ini membawa rezeki bagi para pedagang yang berjualan disekitaran kawasan SCBD, Sudirman, dan Dukuh Atas. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat yang nongkrong di kawasan tersebut membuat apapun yang dijual di kawasan tersebut laris manis dari para pembeli. Kemudian, viralnya CFW tidak hanya di Indonesia saja. Namun juga, di negara tetangga CFW pun ikut diliput oleh media asing sehingga kreativitas anak bangsa Indonesia terhadap dunia fashion makin dikenal hingga ke luar negri. Hal ini tentunya mendapatkan atensi dari pemerintah terhadap fenomena CFW ini. Seperti yang dilakukan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang ingin memberikan besiswa pendidikan kepada tokoh icon dari CFW. Sehingga, mereka bisa melanjutkan pendidikan dengan baik di sekolah.

Terlepas dari dampak positif akan kehadiran CFW ditengah perdebatan masyarakat, faktanya tidak semua masyarakat memiliki sudut pandang positif dari adanya CFW ini. Adanya alasan-alasan yang kuat dari sebagian masyarakat yang menggap CFW lebih banyak menimbulkan hal negatif dibandingkan hal positifnya. Sebab, CFW dinilai membuat kemacetan parah di kawasan Sudirman akibat dari banyaknya anak remaja yang berkumpul memenuhi kawasan tersebut. Tak jarang, dari remaja tersebut membuat konten catwalk di tempat penyebrangan jalan atau zebra cross yang berimbas bagi pengguna lalu lintas lainnya sehingga lalu lintas menjadi terhambat karena catwalk tersebut. Selain itu, banyakanya kehadiran para remaja pria yang berdandan layaknya perempuan juga memenuhi kawasan sudirman untuk mengadu outfit mereka dengan remaja lainnya

Hal ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat sebab, dengan memberi panggung kepada remaja-remaja pria yang berdandan menyerupai perempuan dianggap mendukung penyimpangan sosial. Selain itu, hal ini merupakan bentuk untuk mendukung LGBT yang terjadi dilingkungan kawasan Sudirman. Yang mana kita ketahui negara Indonesia sebagai negara yang memiliki aturan dan norma sosial yang kental. Sehingga, penyimpangan seperti itu bukanlah sesuatu hal yang harus dimaklumi bagi masyarakat. Terlebih negara Indonesia menjunjung tinggi nilai dan norma ketimur-timuran. Tak sampai situ saja, kehadiran CFW membawa beberapa tokoh icon yang menjadikan CFW semakin viral di Indonesia.

Kehadiran tokoh-tokoh icon CFW tersebut dinilai masyarakat untuk memberi panggung terhadap remaja yang tidak memiliki prestasi apapun dan makin banyak masyarakat yang berdatangan ke kawasan Sudirman, Dukuh Atas, dan SCBD hanya sebatas untuk bertemu dengan tokoh icon CFW tersebut sehingga membuat kerumunan massa. Yang mana dikhawatirkan Covid-19 juga belum sepenuhnya berakhir. Selain itu, hal ini juga membuat kumuh kawasan tersebut dengan sampah yang berserakan karena masyarakat yang tidak mematuhi larangan buang sampah sembarangan.

Fenomena CFW ini secara tidak langsung memberikan banyak dampak terhadap kehidupan beberapa orang yang mungkin kita menjadi salah satu diantaranya. Dampak negatif seperti penyimpangan sosial, membuang sampah sembarangan, dan membuat macet lalu lintas bisa dilakukan pengarahan, edukasi, serta sosialisasi terhadap remaja yang nongkrong di kawasan SCBD, Sudirman, dan Dukuh Atas. Sosialisasi tersebut sebaiknya diberikan oleh pihak-pihak yang berwenang atau yang dianggap memiliki power untuk meng-influence melalui edukasi maupun sosialisasi terhadap remaja tersebut agar tidak melakukan hal-hal negatif yang dianggap dapat merugikan masyarakat.

Lain halnya dengan merubah stigma masyarakat terhadap memberi panggung kepada remaja-remaja yang dianggap tidak memiliki prestasi seharusnya masyarakat sendiri yang dapat memaklumi proses pencarian jati diri remaja-remaja tersebut dengan menghargai kreatifitas serta keragaman fashion remaja tersebut dari sisi berpakaian mereka atau selera fashion mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun